Kopi adalah salah satu minuman yang paling populer untuk dikonsumsi di dunia. Di Indonesia sendiri konsumsi kopi terus meningkat diiringi dengan kebiasaan baru masyarakat Indonesia, yakni menghabiskan waktu lebih banyak di kedai kopi atau kafe terutama bagi generasi milenial[1].
Pada tahun 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia akan naik hingga 2,49% di tahun 2020[2]. Selain karena faktor menjamurnya kafe, peningkatan konsumsi kopi ini didasarkan oleh efek fisiologis dan psikologis yang ditimbulkan karena keberadaan kafein. Kafein adalah salah satu substansi aktif pada kopi yang mampu mengurangi rasa kantuk dan membuat tubuh menjadi lebih waspada terhadap situasi yang sedang dihadapi. Namun, percayakah Anda bahwa tanpa mengkonsumsi kafein dalam kopi pun, sebenarnya khasiat kopi dapat dirasakan hanya dengan mencium aromanya?
Pada bulan April 2018 lalu, 3 orang peneliti dari Amerika berhasil membuktikan bahwa konsentrasi dan kinerja otak dapat ditingkatkan hanya dengan mencium bau/aroma kopi[3]. Pada penelitian ini, beberapa kelompok mahasiswa diminta untuk mengerjakan 10 soal matematika GMAT (Graduate Management Admission Test) dalam ruangan yang beraroma kopi dan tanpa aroma kopi. Aroma kopi yang digunakan pada penelitian ini murni, tanpa kandungan kafein atau stimulan lainnya. Dalam bentuk aslinya, kafein sendiri tidak memiliki aroma apapun[4]. Kafein pada biji kopi dapat dihilangkan dengan merendam biji kopi dengan pelarut organik. Setelah kafein larut total, biji kopi tanpa kafein akan dibersihkan dari sisa pelarut dan dikeringkan.
Aroma kopi pada penelitian ini disemprotkan dari diffuser aromatik elektrik yang berisikan essential oil kopi. Dari 850 komponen yang mudah menguap dalam kopi, hanya 40 komponen yang berkontribusi dalam produksi aroma dalam kopi. Beberapa komponen yang penting dalam aroma kopi antara lain 2-furfurylthiol yang timbul akibat penyangraian kopi, alkylpyrazines yang menimbulkan aroma smoky dan earthy, serta 2,3-pentandione yang menimbulkan aroma karamel[5].
Selama sesi pengerjaan soal dalam ruangan beraroma kopi, aroma tersebut akan dikeluarkan setiap 15 detik tanpa sepengetahuan mahasiswa yang mengerjakan soal. Mahasiswa juga diminta untuk memprediksi seberapa baik mereka dapat mengerjakan soal dengan benar. Eksperimen diakhiri dengan menanyakan apakah mahasiswa sadar akan aroma kopi yang tercium selama mereka mengerjakan soal.
Menariknya, hasil eksperimen menunjukkan bahwa mahasiswa yang berada dalam ruangan beraroma kopi memiliki ekspektasi kinerja lebih tinggi dan mendapatkan nilai matematika 20% lebih baik dibanding mahasiswa dalam ruangan tanpa aroma apapun.
Dalam sesi penelitian lainnya, sekelompok orang diminta untuk berimaginasi dan memprediksikan performa kerja mereka jika berada dalam ruangan beraroma kopi dengan kafein, kopi tanpa kafein, ruangan dengan aroma bunga, dan tanpa aroma sama sekali. Cukup mengejutkan, penelitian ini membuktikan bahwa manusia cenderung berekspektasi bahwa mereka dapat lebih berkonsentrasi terhadap pekerjaan dalam ruangan dengan aroma kopi yang mengandung kafein. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Kunci peningkatan kinerja otak tersebut terletak pada proses pembangunan ekspektasi sekelompok responden terhadap pengaruh kopi. Kinerja otak yang meningkat merupakan salah satu ragam respon tubuh akan keberadaan kopi. Ragam respon tubuh juga dipengaruhi secara psikologis oleh antisipasi jumlah kafein dan ekspektasi akan pengaruh kopi terhadap tubuh.
Ekspektasi dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu; (1) Stimulus expectancies, artinya kepercayaan seseorang bahwa dia akan mengkonsumsi kafein dalam kopinya (misalnya lewat rasa dan aroma kopi); (2) Respon expectancies, artinya ekspektasi akan munculnya respon tubuh yang diharapkan oleh penikmat kopi setelah kopi diminum (misalnya rasa kantuk hilang); (3) Consequences expectancies, artinya penikmat kopi berekspektasi bahwa efek kopi dapat timbul ketika kopi dinikmati dalam keadaan sosial yang sering ia hadapi (misalnya saat minum di kafe bersama teman)[6].
Tidak hanya aroma kopi, beberapa aroma essential oil lain juga terbukti dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan fisik manusia. Essential oil tersebut antara lain; aroma lavender yang dapat membuat subjek menyelesaikan soal matematika lebih cepat dan akurat serta aroma rosemary yang dapat meningkatkan kewaspadaan tubuh ketika mengerjakan soal[7]. Aroma bunga musim semi, Magnolia kobus, juga terbukti dapat meningkatkan konsentrasi dan kinerja otak yang dapat membantu subjek untuk fokus dalam belajar[8].
Singkatnya, peningkatan kinerja otak ketika mencium aroma kopi dapat terjadi karena manusia memiliki pengetahuan dan ekspektasi terhadap pengaruh aroma tersebut pada tubuh. Respon tubuh yang timbul tanpa harus mengkonsumsi zat psikoaktif ini sering dinamakan sebagai efek plasebo. Efek plasebo akan kopi ini terbukti dapat ditiru tanpa harus mengkonsumsi kopi sama sekali.
Referensi
[1] Idris M. 2017. Digemari kaum milenial konsumsi kopi RI tumbuh 8% per tahun. Diakses dari: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3497320/digemari-kaum-milenial-konsumsi-kopi-ri-tumbuh-8tahun. Diakses pada 23 Juli 2018
[2] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. Outlook Komoditi Kopi. Kementerian Pertanian. Jakarta.
[3] Madzharov A, Ye N, Morrin M, Block L. 2018. The impact of coffee-like scent on expectation and Performance. Journal of Environmental Psychology Vol.57 pp 83-86. DOI:10.1016/j.jenvp.2018.04.001
[4] Science Lab.2013. Material Safety Data Sheet Caffeine. Diakses dari: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927475. Diakses pada 29 Juli 2018
[5] Belitz HD, Grosch, Schieberle P. 2009. Food Chemistry 4th revised and extended edition. Berlin: Springer.
[6] Domotor ZS, Szemerszky R, Koteles F. 2015. Subjective and objective effects of coffee consumption – caffeine or expectations?. Acta Physiologica Hungarica Vol 102 (1): 77-85. DOI: 10.1556/APhysiol.101.2014.012.
[7] Moss M, Cook J, Wesness KA, Ducket P.2003.Aromas of rosemary and lavender essential oils differentially effect cognition and mood in healthy adults. International Journal of Neurosciences Vol 113(1):15-38. DOI:10.1080/00207450390161903.
[8] Sowndhararajan K, Songmun K. 2016. Influence of fragrance on human psychophysiological activity: with special reference to human electroencephalographic response. Scientia Pharmaceutica. Vol 84: 724–751. DOI:10.3390/scipharm84040724.
Menamatkan jenjang S-1 dengan gelar S.T.P di tahun 2017. Senang belajar sejarah dan sains. Saat ini bercita-cita untuk dapat beasiswa S-2 dalam waktu dekat.