Bioinformatician : Karir Buat Kamu yang Suka Biologi dan Programming!

Jika sebelumnya dikenalkan ilmu baru bernama bioinformatika, sekarang mari mengenal orang yang bekerja di bidang bioinformatika, atau biasa dikenal dengan bioinformatician. Apa […]

blank

Jika sebelumnya dikenalkan ilmu baru bernama bioinformatika, sekarang mari mengenal orang yang bekerja di bidang bioinformatika, atau biasa dikenal dengan bioinformatician. Apa sih yang dikerjakan? Peluang kerjanya seperti apa? Mari kita cari tahu!

Bioinformatician = Biologi + Programmer?

Secara simpel, profesi bioinformatician adalah seorang Programmer atau Data Scientist dengan kemampuan tambahan pada bidang biologi. Kemampuan tambahan ini bisa berasal dari bidang asalnya (sarjana Biologi, Pertanian, atau yang terkait) yang menambah skill pada bidang programming atau yang berasal dari orang Ilmu Komputer yang mengambil topik biologi atau bioinformatika di pekerjaan atau pendidikan lanjut. Ada juga yang mengklasifikasikan ada dua tipe bioinformatician ini, yaitu bioinformatician atau bioinformaticist [1].

Bioinformatician merupakan pekerjaan yang fokus pada penggunaan kakas (tools) yang tersedia untuk menarik kesimpulan dari data-data biologi, sedangkan bioinformaticist merupakan bidang pekerjaan yang lebih pada pembuatan kakasnya. Namun demikian, pada dasarnya seorang bioinformatician biasanya dituntut melakukan pekerjaan pengolahan data seefisien mungkin, sehingga kemampuan programming pada dasarnya diperlukan untuk kedua bidang pekerjaan ini [2].

Kenapa Harus Ada Bioinformatician?

Munculnya bioinformatician ini tidak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin pesat, terutama pada teknologi sekuensing. Jika dulu kita tidak bisa mengetahui proses seluler secara detil, perkembangan teknologi sekuensing dan biologi molekuler memungkinkan kita mengidentifikasi organisme dan proses metabolisme melalui DNA yang sulit dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian, ukuran hasil sekuensing DNA ini amat beragam tergantung organismenya, mulai dari bakteri E. coli yang punya 3 juta pasang DNA hingga manusia yang memiliki 3 miliar pasang DNA yang setara dengan 1.5 GB pada satu sel manusia [3], dan kita tidak mungkin hanya menganalisis satu sel kan?

Dengan demikian, dibutuhkan keilmuan khusus untuk analisis-analisis DNA tersebut, terlebih jika ada kekhususan pada DNA tersebut, misalnya adanya DNA yang tidak berperan dalam proses metabolisme alias intron.

Data yang sangat besar dan banyak membuat kebutuhan akan profesi khusus untuk menangani data-data ini, sekaligus memiliki domain knowledge di bidang biologi, seperti pemahaman mengenai genetika. Maka dari itu, ilmu bioinformatika lahir, dengan domain knowledge biologi yang dikombinasikan dengan ilmu komputer, statistik dan ilmu lain seperti Teknik Kimia, Elektro dan lain sebagainya [2], seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan ilmu bioinformatika dengan ilmu lainnya [4]
Gambar 1. Hubungan ilmu bioinformatika dengan ilmu lainnya [4]

Pekerjaan sebagai Bioinformatician, memangnya ada?

Tentu! Malah kita jadi semakin akrab dengan Bioinformatician karena kondisi pandemi saat ini. Contohnya bisa kamu lihat di situs nexstrain.org, seperti terlihat di Gambar 1. Situs ini merupakan rujukan sekuens virus SARS CoV 2 seluruh dunia, yang merupakan gabungan usaha dari bioinformatician dan juga biologist eksperimental. Selain COVID-19, situs ini juga berisi beberapa perkembangan virus lain, seperti misalnya Ebola, Zika dan influenza.

blank
.

Gambar 2. Tampilan situs nexstrain.org untuk perkembangan virus SARS CoV 2 [5]

Tidak hanya itu, mengingat saat ini bioteknologi semakin berkembang, sudah banyak perusahaan-perusahaan terkait yang membutuhkan bioinformatician sebagai pelengkap skuad mereka. Contohnya Illumina, perusahaan sekuensing DNA yang mengembangkan peralatan untuk sekuens DNA. Tentu sebelum melepas produk, mereka harus melakukan banyak pengetesan terhadap hasil keluaran alatnya, yang dianalisis oleh bioinformatician.

Novo Nordisk, perusahaan yang memegang distribusi insulin sintetik terbesar di dunia, juga memiliki tim bioinformatika yang terdiri tidak hanya dari bioinformatician, namun juga cell designer yang bertugas mengoptimalkan bakteri penghasil insulin dari segi DNAnya, agar mampu menghasilkan insulin yang lebih banyak dengan biaya yang lebih murah [6].

Bagaimana di Indonesia?

Saat ini, terdapat beberapa lab dan juga startup bioteknologi yang memerlukan bioinformatician guna mendukung analisis terkait DNA, atau dikenal juga dengan genomics, seperti Nusantics dan Nalagenetics. Berdasarkan pola-pola genomik yang dihasilkan dari sampel, kita juga dapat menarik kesimpulan mengenai satu bagian DNA, yang akan berkontribusi penting untuk riset-riset ke depannya. Signifikansi dari data-data tersebut juga tersaji melalui analisis statistik yang sudah seharusnya seorang bioinformatician miliki.

Menjadi bioinformatician mungkin akan menjadi pilihan yang tepat untuk kalian, para programmer atau data scientist yang ingin mengeksplor bidang baru yang masih belum banyak terjamah dan memberikan banyak kesempatan baik di akademia maupun industri, atau para biologist yang ingin move on dari lab dan menikmati nikmatnya dan sulitnya ngoding, hehe.

Tidak perlu takut untuk berkarir di bidang yang lain untuk para bioinformatician. Sebagai seorang yang punya dua domain keahlian, kamu masih tetap bisa berkarir menjadi seorang scientist jika kamu berasal dari biologi, atau menjadi data scientist, programmer, atau bidang-bidang baru seperti ML Engineer dan AI Engineer. Pekerjaan terbuka luas untukmubioinformatician fellows!

Referensi :
[1] www.biotecharticles.com/Bioinformatics-Article/Bioinformaticist-vs-Bioinformatician-Definition-Differences-and-Career-Outlook-215.html diakses pada 29 Agustus 2021.
[2] bitesizebio.com/38236/how-to-become-a-bioinformatician/ diakses pada 29 Agustus 2021.
[3] Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson, R. B. (2014). Campbell biology (No. s 1309). Boston: Pearson.

[4] http://www.jclinbioinformatics.com/what-is-bioinformatics diakses pada 29 Agustus 2021.

[5] https://nextstrain.org/ncov/gisaid/global diakses pada 29 Agustus 2021.
[6] www.biosustain.dtu.dk/research/research-groups/cell-architecture-ryan-gill diakses pada 29 Agustus 2021.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *