Apa itu Gastropoda?
Gastropoda berasal dari bahasa Yunani (gaster = perut; podas = kaki) yang artinya hewan yang kakinya berada di perut atau perutnya digunakan sebagai kaki. Gastropoda merupakan salah satu kelas dari filum Moluska dan merupakan salah satu sumberdaya hayati non-ikan yang mempunyal keanekaragaman tinggi. Gastropoda dapat hidup pada daratan, perairan tawar, sampal lautan. Jenis-jenis gastropoda pada umumnya banyak ditemukan sebagai epifauna dan fauna pohon (Rumalutur, 2004).
Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Filum Molluska dengan jumlah 30.000 spesies yang telah berhasil dideskripsikan. Persebaran Gastropoda tergolong luas yaitu di perairan tawar, payau, dan laut. Umumnya, jenis Gastropoda bercangkang terpilin membentuk spiral, memiliki dua tentakel pada kepalanya, kaki lebar dan pipih, rongga mantel dan organ-organ internal terputar 180° (torsion) terhadap kepala dan kaki, bernafas dengan paru-paru atau insang, dan organ reproduksi berumah satu atau dua (Rumalutur, 2004).
Bagaimana Gastropoda Makan?
Kebiasaan makan gastropoda sangat beragam. Hal ini dapat dilihat pada struktur radulanya. Radula yang dimiliki gastropoda tiap jenisnya berbeda-beda, radula pemakan tumbuh-tumbuhan berbeda dengan radula pemakan daging. Hughes (1986) dalam Theovany (2013) menerangkan bahwa kebiasaan makan dari gastropoda meliputi semua proses dari mencari makan, membawanya sampai pada proses pencernaannya, termasuk dalam hal ini semua aktifitas yang memungkinkan untuk mencari makan.
Gastropoda pemakan mikroalga secara perlahan-lahan bergerak di atas substrat sambil mengumpulkan makanan, sedangkan yang bersifat predator menunggu mangsanya dan kadang-kadang bergerak mencari mangsa. “Suspension feeder ” menahan partikel-partikel makanan dari aliran air sedangkan “Deposit feeder” menyerap yang terdapat dalam sedimen (Theovany, 2013).
Pada jenis gastropoda yang memburu makanan ada dua aspek yang berperan terhadap efisiensi pengambilan makanan, yakni saat ia bergerak mencari makan dengan kecepatan pergerakannya dan kondisi jalan atau subtrat. Dalam proses mencari makan dibutuhkan waktu yang paling memungkinkan untuk mendapatkan makanan dengan mudah dan aman. Cassidae berburu bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang harinya bersembunyi dalam pasir. Nucella lapillus mencari tritip dan kerang hijau pada saat pasang tertinggi dan pada saat surut berada pada tempat yang tergenang. Untuk pemakan tumbuhan dan detritus (misalnya family Potamididae) di daerah intertidal mulai makan ketika substrat mulai terpapar pada saat air surut (Theovany, 2013).
Bagaimana Morfologi Gastropoda?
Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkangnya yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral. Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam.
Ia mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari perkembangan larvanya. Pada umumnya gerakannya berputar dengan arah berlawanan jarum jam dengan sudut 180° sampai kepala dan kaki kembali ke posisi
Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: suture, posterior canal, aperture, gigi columella, bibir luar, columella, siphonal, umbillicus.

Bagaimana Reproduksi pada Gastropoda?
Reproduksinya memiliki banyak variasi karena kelas ini terdiri dari berbagai jenis siput yang hidup di laut, air tawar, maupun di darat. Pada siput darat yang hermafrodit (memiliki kelamin jantan dan betina pada satu tubuh), ketika dua siput bertemu, mereka menembakkan “anak panah” dari zat kaput pada tubuh yang satu dengan yang lainnya sebelum perkawinan. Kemudian tiap-tiap siput mulai memasukkan kelamin jantan ke kelamin betina yang lain untuk membuahi telur. Telur tersebut akan dikeluarkan ke tanah, dan kemudian menetas menjadi larva siput.
Secara umum, siklus hidup hewan pada kelas ini adalah:
- Siput bertelur.
- Perkembangan embrio pada telur.
- Telur menetas menjadi larva, dapat berupa larva trokofor atau veliger.
- Dalam beberapa jenis melibatkan estivasi dan hibernasi.
- Perkembangan siput muda menjadi dewasa.
- Perkawinan, dapat berupa fertilisasi eksternal (umumnya spesies siput laut) atau fertilisasi internal.
Referensi
- Handayani, Esti Aji. 2006. Keanekaragaman jenis gastropoda di pantai randusanga kabupaten brebes jawa tengah. Skripsi.
- Lutfi Rumalutur, Fahmy. 2004. Komposisi Jenis Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Pulau Tameni dan Pulau Raja, Desa Gita Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Skripsi.
- Najmi, Nuroh. 2013. Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda). Skripsi
- Theovany. 2013.Perilaku Makan dan Pengaruh Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Filicaulis bleekeri Keferstein (Mollusca: Gastropoda). Skripsi.