Imad Barghouthi adalah astrofisikawan Palestina dan profesor Theoretical Space Plasma Physics di Universitas Al-Quds Yerussalem Palestina. Sebelum kembali mengabdi di negaranya pada tahun 2000, Prof. Barghouthi sempat bekerja di NASA setelah memperoleh gelar Ph.D. di Utah State University Amerika Serikat [1]. Selain itu, Prof. Barghouthi juga sempat bekerja di Yordania dan Arab Saudi [2].
Saat ini, Prof. Barghouthi adalah salah satu ilmuwan paling terkemuka di Palestina. Memiliki h-indeks Google Scholar sebesar 14 dan karya-karya ilmiahnya telah dikutip lebih dari 600 kali, topik-topik penelitian Prof. Barghouthi banyak berkaitan dengan Maxwellian Plasma dan Pemodelan Monte Carlo [3].
Plasma sendiri merupakan penamaan untuk gas terionisasi (bermuatan listrik) dan disebut sebagai fase ke empat suatu materi selain padat, cair, dan gas. Dikarenakan partikel-partikel plasma bermuatan, maka gas plasma bertingkah laku berbeda dibanding gas biasa, misalnya ketika dipaparkan medan elektromagnetik [4]. Plasma memiliki energi dan distribusi energinya dapat dimodelkan dengan distribusi Maxwell Boltzmann sehingga disebut dengan plasma Maxwellian. Pemahaman mengenai plasma dapat membantu ilmuwan untuk mempelajari bagian atmosfer bumi terutama lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer sendiri memiliki manfaat yang sangat penting seperti adanya proses ionisasi dari partikel-partikel atmosfer yang memberikan refleksi gelombang radio. Fenomena tersebut membuat rambatan sinyal radio dapat menjangkau seluruh penjuru muka bumi [5]. Prof. Barghouthi bersama mahasiswanya meneliti tentang perhitungan parameter-parameter plasma seperti momentum, energi, drift-velocity, dsb menggunakan model Maxwellian Plasma [6].
Namun perjalanan karir Prof. Barghouthi tidak seperti kebanyakan ilmuwan dan akademisi pada umumnya. Konflik yang terjadi di negaranya dengan Israel menjadikan Prof. Barghouthi beberapa kali ditangkap dan dipenjara oleh militer Israel, seringkali tanpa alasan penahanan yang jelas [2]. Pada penahanan tahun 2014 misalnya, Prof. Barghouthi mengungkapkan bahwa dirinya ditahan dan dipenjara oleh Israel karena memakai syal hijau di foto profil Facebooknya dimana warna hijau diasosiasikan dengan Hamas [2].
Terhitung telah 3 kali Prof. Barghouthi ditangkap dan ditahan oleh Israel. Pada tahun 2014, Prof. Barghouthi ditahan dan dipenjara selama dua bulan ketika hendak menghadiri Konferensi Internasional di Uni Emirat Arab, kemudian pada tahun 2016 dipenjara lagi selama enam bulan, dan yang terakhir pada tahun 2020 kembali dipenjara yang sampai Februari 2021 belum ada berita tentang kebebasannya [7]. Oleh karena itu, kemungkinan besar saat ini Prof. Barghouthi masih ditahan dan dipenjara oleh pihak Israel.
Dalam berbagai kasus penangkapan dan penahanannya tersebut, alasan penahanannya cenderung dibuat-buat sehingga komunitas Ilmiah internasional mengecam tindakan Israel. Kecaman ilmuwan muncul di berbagai media seperti Nature, Scientific American, Concerned Scientists, dll dan menyatakan bahwa penahanan Prof. Barghouthi melanggar hak asasi manusia [1,2,8,9]. Bahkan beberapa ilmuwan Internasional mengirimkan surat terbuka kepada Perdana Menteri Israel yakni Benjamin Netanyahu untuk membebaskan Prof. Barghouthi [8].
Selain Prof. Barghouthi, ilmuwan Palestina lainnya (Ubai Aboudi) dan ratusan mahasiswa juga ditangkap dan ditahan oleh militer Israel. Dalam banyak kasus, akademisi Palestina tersebut ditahan dan dipenjara tanpa dakwaan atau persidangan di bawah perintah penahanan administratif yang masa penahanannya dapat diperpanjang tanpa batas [1]. Oleh karena itu, kelompok akademisi menambah daftar warga Palestina yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara tanpa pernah dituntut atau diadili, diistilahkan dengan penahanan administratif.
Penahanan Imad Barghouthi, ilmuwan, dan mahasiswa Palestina yang tidak sekali atau dua kali mencerminkan penolakan Israel secara terus-menerus dan mendasar terhadap hak-hak Palestina atas pendidikan dan kebebasan akademik.
Referensi
[1] https://samidoun.net/2020/07/free-imad-barghouthi-palestinian-astrophysicist-detained-by-israeli-occupation/ diakses 19 Mei 2021.
[2] https://www.nature.com/news/scientists-protest-detention-of-palestinian-physicist-1.16770 diakses 19 Mei 2021.
[3] https://scholar.google.com/citations?hl=id&user=Uevcf_gAAAAJ&view_op=list_works&sortby=pubdate diakses 19 Mei 2021.
[4] https://cpr.undip.ac.id/lesson/konsep-tentang-plasma-fisika-plasma-dan-aplikasinya/ diakses 19 Mei 2021.
[5] https://hot.liputan6.com/read/4272776/6-manfaat-lapisan-atmosfer-berdasarkan-strukturnya-lindungi-bumi diakses 19 Mei 2021.
[6] Jubeh, W. N., & Barghouthi, I. A. (2017). Hypergeometric function representation of transport coefficients for drifting bi-Maxwellian plasmas. Physics of Plasmas, 24(12), 122104.
[7] http://www.scientists4palestine.com/prof-barghouthi-eighth-month-detention/ diakses 19 Mei 2021.
[8] https://concernedscientists.org/2015/01/israels-detention-of-palestinian-astronomer-traveling-to-conference-violates-human-rights/ diakses 19 Mei 2021.
[9] https://www.scientificamerican.com/article/when-scientists-become-political-dissenters/ diakses 19 Mei 2021.
Dosen dan peneliti, menekuni bidang Fotonika dan sensor. Sangat mencintai aktivitas membaca dan mendesain. Profil lebih lengkap dapat dilihat di ugm.id/siddiq .