Imbauan memakai masker sudah menjadi suatu ‘kewajiban’ sejak pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia guna memutus penularan Covid-19. Tentunya, pemakaian masker juga harus diikuti protokol kesehatan lain seperti menjaga jarak, mencuci tangan, menjaga kebersihan ruangan, dan sebagainya. Kendati demikian, laju kasus Covid-19 di Indonesia semakin meningkat. Hal ini didasarkan pada data Kemenkes yang menunjukkan bahwa per tanggal 17 Juli 2021, Covid-19 di Indonesia mencapai 51.952 kasus.
Peningkatan kasus Covid-19 ini juga terjadi akibat varian Delta dan Kappa yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data pada WHO, Varian Delta merupakan varian baru dari SARS-CoV-2 yang termasuk dalam kategori Variants of Concern (VOC). Varian ini memiliki tingkat penularan dan keparahan yang lebih tinggi dibanding varian lain. Meskipun varian Kappa merupakan salah satu Variants of Interests (VOI) yang masih dalam penelitian lebih lanjut, tetapi varian Kappa ini juga memiliki tingkat penularan dan keparahan yang tinggi. Keduanya juga menjadi penyebab kenaikan kasus positif Covid-19 di dunia.
Kenapa Harus Memakai Double Mask?
Penggunaan masker bertujuan untuk mengurangi penyebaran droplet dan aerosol dari seorang yang terinfeksi Covid-19 dan mengurangi paparan terhadap orang yang tidak terinfeksi Covid-19. Akan tetapi, CDC menemukan bahwa satu masker saja kurang efektif untuk mencegah penularan droplet dari seorang yang terinfeksi Covid-19. Hal ini disebabkan karena masih adanya celah yang terbuka (gap). Peningkatan keefektifan masker ini bertujuan untuk menutup celah yang terdapat pada masker sehingga dapat menutupi area hidung sampai bagian bawah dagu dan dapat menutup kemungkinan droplet untuk terhirup.
Pada Januari 2021, CDC melakukan sebuah eksperimen untuk mengetahui keefektifan pencegahan penularan droplet dari pemakaian satu masker medis, satu masker kain dan masker medis yang dilapisi masker kain. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa:
1. Satu masker medis hanya memiliki keefektifan sebesar 56,1% untuk mengurangi paparan droplet,
2. Satu masker kain hanya memiliki keefektifan sebesar 51,4% untuk mengurangi paparan droplet,
3. Satu masker medis yang dilapisi satu masker kain memiliki keefektifan sebesar 85,4% untuk mengurangi paparan droplet.

Sumber: cdc.gov
Perlu diketahui, bahwa penggunaan double mask ini hanya berlaku pada masker bedah dan masker kain. Pada masker KF94, KN95 dan N95 tidak perlu di-double karena sudah didesain untuk menutupi area hidung sampai bawah dagu dengan rapat dan memiliki tingkat keefektifan sebesar 94-95% untuk mencegah droplet. Pemakaian dua masker bedah atau dua masker kain tidak diperkenankan karena masih adanya celah yang dapat memungkinkan droplet untuk terhirup.

Sumber: idntimes.com
Benarkah Pemakaian Double Mask Bikin Pengap?
Anggapan mengenai penggunaan masker dapat membuat pengap ini ternyata masih menjamur di kalangan masyarakat yang enggan menggunakan masker. Apalagi dengan adanya imbauan penggunaan double masker menyebabkan kalangan masyarakat ini beranggapan bahwa akan timbulnya rasa sesak napas, pusing, menghirup karbondioksida sendiri bahkan berujung pada kematian. Namun, benarkah hal tersebut? Simak penjelasannya, yuk!
Perlu diketahui bahwa ukuran rongga masker medis sekitar 0,3-10 mikron (μm), masker N95 sekitar 0,1-0,3 mikron dan masker kain sekitar 80-500 mikron. Oksigen memiliki partikel sebesar 0,299 nanometer (nm) dan partikel karbondioksida sebesar 0,33 nm. Virus Covid-19 dapat menular melalui droplet yang berukuran >5-10 μm. Besaran 1 μm = 1.000 nm. Ukuran-ukuran tersebut jika dituliskan secara simbolis menjadi:
Partikel oksigen dan karbondioksida < ukuran rongga masker < ukuran droplet virus Covid-19.
Dapat disimpulkan bahwa droplet virus SARS-CoV-2 dapat terfiltrasi karena ukuran rongga masker yang lebih kecil dari ukuran droplet virus SARS-CoV-2. Akan tetapi, ukuran rongga masker lebih besar dari partikel oksigen dan karbondioksida sehingga gas-gas ini akan keluar masuk secara bebas tanpa tertahan sedikit pun di rongga masker.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shein et al. (2021) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kondisi detak jantung dan saturasi oksigen yang signifikan antara orang yang memakai masker dengan yang tidak memakai masker. Penelitian Scheid et al. (2020) juga mengatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan dari volume tidal, laju pernapasan dan banyaknya udara yang diembuskan per menit pada orang yang menggunakan masker N95. Selain itu, tidak terdapat perubahan klinis yang signifikan pada tekanan oksigen di paru-paru selama penggunaan masker. Hal ini didasarkan pada subjek penelitian yang terdiri dari 52 dokter bedah yang menggunakan masker bedah. Sebelum operasi bedah berlangsung, saturasi oksigen sebesar 98% dan detak jantung ~85 bpm (beats per minute). Setelah operasi bedah, saturasi oksigen menjadi 96% dan detak jantung menjadi 90 bpm. Selain itu, penggunaan masker medis juga tidak memengaruhi konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Pusing atau Sakit Kepala Saat Memakai Masker, Benarkah Tubuh Kekurangan Oksigen?
Selama memakai masker, pernahkah Anda merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala dan sesak napas? Apakah keluhan-keluhan tersebut ada kaitannya dengan kekurangan oksigen?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penggunaan masker tidak mengurangi jumlah oksigen yang masuk dan karbondioksida yang keluar. Dengan demikian, tidak dapat disebutkan bahwa ketidaknyamanan yang timbul akibat penggunaan masker ini merupakan ciri dari kekurangan oksigen atau bahkan menghirup karbondioksida sendiri. Bahkan, ketidaknyamanan tersebut merupakan hal yang wajar, lho! Ternyata, ketidaknyamanan ini dapat dipicu dari beberapa faktor, baik faktor secara langsung maupun tidak langsung.
Pusing atau sakit kepala yang timbul saat memakai masker ini juga dialami oleh tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 selama pandemi. 33% dari 37% tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 mengalami lebih dari enam kali sakit kepala selama satu bulan. Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sakit kepala pasa tenaga kesehatan ini terdiri dari: 1) masker dan pengikatnya yang terlalu ketat sehingga menyebabkan sakit kepala atau pusing, 2) dehidrasi, 3) pola makan yang tidak teratur, 4) pola tidur yang tidak teratur, dan 5) tekanan fisik maupun psikis akibat menangani pasien Covid-19 selama pandemi.
Selain sakit kepala atau pusing, ketidaknyamanan lain yang mungkin dirasakan ketika memakai masker adalah: timbulnya jerawat, rasa sakit pada tulang hidung, alergi pada wajah, iritasi dan beberapa hal lain yang berhubungan dengan meningkatnya suhu wajah selama penggunaan masker. Akan tetapi, suhu pada wajah ini akan turun dengan cepat seiring dengan masker yang dilepaskan. Jadi, ketika beberapa ketidaknyamanan ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya suhu wajah, cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melepas masker di tempat yang aman untuk beberapa menit sampai suhu wajah kembali normal atau jika merasa sudah nyaman kembali untuk menggunakan masker.
Alangkah baiknya bagi kita untuk meminimalisasi beberapa ketidaknyamanan yang mungkin terjadi selama memakai masker sehingga tidak ada lagi alasan bagi kita untuk enggan memakai masker guna memutus penyebaran Covid-19. Selain itu, masker medis yang telah digunakan sebagai lapisan pertama pada double mask ini, pengolahan limbahnya masih terus dilakukan penelitian agar dapat diubah menjadi bahan bakar hidrogen.
Referensi
- Neupane, B.B., Mainali, S., & Giri. B. (2019). Optical Microscopic Study of Surface Morphology and Filtering Efficiency of Face Masks. The Open Access Journal for Life & Environment Research. doi: 10.7717/peerj.7142.
- Scheid, J.L., Lupien, S.P., Ford, G.S., & West, S.L. (2020). Commentary: Physiological and Psychological Impact of Face Mask Usage during the Covid-19 Pandemic. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(6655), 1-12. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0247414.
- Shein, S.L., Whitticar, S., Mascho, K.K., Pace, E., Sepicher, R., & Deakins. K. (2021). The Effects of Wearing Facemasks on Oxygenation and Ventilation at Rest and during Physical Activity. PLoS ONE, 16(2): e0247414. https://doi.org/10.1371/journal.
- CDC. (2021). Maximazing Fit for Cloth and Medical Prosedure Masks to Improve Performance and Reduce SARS-CoV-2 Transmission and Exposure. Diakses pada 15 Juli 2021 dari https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7007e1.htm.
- CDC. (2021). SARS-CoV-2 Variant Classifications and Definitions. Diakses pada 14 Juli 2021 dari https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/variants/variant-info.html#Consequence.
- CNN Indonesia. (2021). Serbuan Covid-19 Varian Kappa di Jakarta. Diakses pada 12 Juli 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210701072221-20-661589/serbuan-covid-19-varian-kappa-di-jakarta.
- CNN Indonesia. (2021). Varian Delta Cepat Menular, Warga Diminta Pakai Masker Dobel. Diakses pada 12 Juli 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210629153225-20-660865/varian-delta-cepat-menular-warga-diminta-pakai-masker-dobel.
- Howard, Jeremy. (2020). Particle Sizes for Mask Filtration. Diakses pada 17 Juli 2021 dari https://www.fast.ai/2020/06/26/particle-sizes/#:~:text=A%20CO2%20molecule%20is%200.33,to%20the%20ground%20fairly%20quickly.
- Rizky, Fahreza. (2021). IDI Ungkap Lonjakan Corona karena Varian Delta, Bukan Disebabkan Mudik. Diakses pada 12 Juli 2021 dari https://nasional.sindonews.com/read/466744/15/idi-ungkap-lonjakan-corona-karena-varian-delta-bukan-disebabkan-mudik-1624658790.
- Shinshu University. (2018). New Mechanisms Discovered to Separate Air Molecules. Diakses pada 17 Juli 2021 dari https://phys.org/news/2018-06-mechanisms-air.html#:~:text=The%20molecular%20sizes%20of%20oxygen,and%200.363%20nanometers%20(nm).
- WHO. (2020). Modes of Transmission of Virus causing Covid-19: Implications for IPC Precaution Recommendations: Science Brief. Diakses pada 17 Juli 2021 dari https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/modes-of-transmission-of-virus-causing-covid-19-implications-for-ipc-precaution-recommendations.
- WHO. (2021). Delta Variant and Vaccines. Diakses pada 14 Juli 2021 dari https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/media-resources/science-in-5/episode-44—delta-variant-and-vaccines.
- WHO. (2021). Tracking SARS-CoV-2 Variants. Diakses pada 12 Juli dari https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/.
Min, tolong donk min. Bahas efektivitas cuci hidung pakai air garam konsentrasi 0.9 M untuk pencegahan covid. Lagi booming di grup bapak2 n YouTube ini