“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (At Taubah : 82).
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata (menangis) disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-rang yang menjadi saksi atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad.” ( Al Maa’idah : 83)
Menangis merupakan anjuran Allah SWT yang dijelaskan dalam Al-Quran dan As-Sunnah terutama disaat beribadah kepada Allah. Kata “menangis” di dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 8 kali, yakni An-Najm : 43, At Taubah : 82, Yusuf : 12, Al-Isra’: 109, Maryam : 58, An- Najm : 60, At Taubah : 92 dan Al Maa’idah : 83. Selain itu, banyak hadist yang menjelaskan keutamaan menangis. Ketahuilah bahwa dzikir tidak terbatas pada zikir lisan saja, tetapi meliputi juga anggota badan yang lain semuanya, maka dzikir lisan adalah dengan memuji, dzikir mata adalah dengan menangis, dzikir tangan adalah dengan memberi, dzikir kedua telinga adalah dengan mendengarkan dengan baik, dzikir badan adalah dengan menjalankan perintah, dzikir hati adalah dengan perasaan takut dan penuh harap, dan dzikir ruh adalah dengan penyerahan diri dan merasa ridha dengan takdir Allah (Abu Al-Ma’ali Umar, 2006).
Mata adalah salah satu dari indra tubuh manusia yang sangat kompleks dan berfungsi sebagai indra penglihatan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kesehatan mata kurang diperhatikan sehingga banyak penyakit yang menyerang tidak diobati dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Menurut Dinas Kesehatan Surabaya, penyakit mata menduduki peringkat 8 dari 10 penyakit terbanyak tahun 2011 dengan 25.067 kasus penyakit mata. Bahkan sepuluh juta warga Amerika, kebanyakan wanita tidak cukup banyak mengeluarkan air mata dan menderita “mata kering” (Judy Foreman, 1996).
Air mata normal adalah selaput tiga lapis yang melumasi mata. Lapisan musin (glikoprotein yang dihasilkan sel selaput lendir) terdalam dibuat dalam kelopak mata dan di permukaan mata. Lapisan tengah yang berair adalah hasil sekresi kelenjar lakrimal yang terletak di atas mata. Sementara lapisan berminyak terluar dibuat di kelenjar meibomian dalam kelopak mata. Dalam bidang kesehatan, menangis bermanfaat untuk kesehatan tubuh diantaranya membantu penglihatan, membunuh bakteri, mengeluarkan racun, mengurangi stress, dan mempercepat penyembuhan radang sendi/reumatik. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat korelasi yang erat antara firman Allah dalam Al-Quran dan perkataan Rasulullah dalam As-Sunnah serta penelitian sains kesehatan mutakhir mengenai manfaat menangis, yakni menangis yang merupakan perintah Allah dalam khusyuknya beribadah sebagai indikator ketaqwaan dapat meningkatkan kesehatan mata dan tubuh. Maha suci Allah yang menganjurkan menangis dalam beribadah untuk mengoptimalkan dan menjaga kesehatan mata serta tubuh.
Berbagai permasalahan pada mata timbul dikarenakan air mata begitu cepat menguap dan produksinya semakin berkurang (Rozalina Loebis, 2008). Pada sebagian orang, air mata tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menjaga agar mata tetap lembab dan nyaman sehingga akan dirasakan gejala seperti mata panas, nyeri, berlendir, dan mudah teriritasi. Sedangkan pada umumnya, penyakit-penyakit pada mata disebabkan beberapa faktor, seperti infeksi virus, bakteri, jamur, protozoa, lingkungan atau karena beberapa jenis alergi (debu, serbuk, bulu, angin, atau asap) (Azzam, 2012). Hal ini diperburuk dengan pola hidup masyarakat modern yakni penggunaan komputer yang terlalu lama, penggunaan kontak lens, polusi udara yang semakin meningkat, dan penggunaan obat tetes mata yang berlebihan (Souhad Abdulhalim Lawand, 2004). Selain itu pengurangan jumlah air mata ini dapat disebabkan oleh meningkatnya usia, terutama setelah menopause, radang sendi dan penggunaan berbagai obat seperti obat-obatan hipertensi, obat-obatan KB maupun obat anti alergi (Rozalina Loebis, 2008). Dokter akan mendeteksi kekeringan air mata dengan berbagai macam tes dan alat. Pada stadium awal, penyakit mata kering (dry eye syndrome) sama sekali tidak berbahaya, namun pada fase yang lanjut (sangat kering) dapat menimbulkan kerusakan serius di bola mata dan menyebabkan kebutaan.
Untuk menanggulangi mata kering dapat dilakukan dengan pemberian air mata buatan (Rozalina Loebis, 2008). Tetes air mata buatan dapat digunakan sebagai pelumas mata dan menggantikan lapisan air mata yang hilang. Air mata buatan dapat dipakai sesering mungkin bergantung pada gejala yang dirasakan. Padahal secara alamiah tubuh manusia telah memiliki mekanisme untuk melindungi permukaan mata dan menjaga kesehatan mata dan kelembaban yakni dengan mengeluarkan air mata atau menangis.
Air mata memiliki fungsi melembabkan konjungtiva dan kornea pada mata, sehingga pada kondisi normal setiap kali berkedip sebuah lapisan air mata (tear film) dipoleskan pada permukaan mata. Lapisan air mata sendiri terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan minyak, lapisan air dan lapisan dalam.
Lapisan pertama adalah lapisan minyak/lemak (oily/lipid layer) yang merupakan lapisan terluar air mata, tebalnya sekitar 0,1 µm (0,1 x 10-6) dan dihasilkan oleh glandula meibomian, sebasea, dan glandula keringat yang ada di tepi kelopak mata. Terdiri dari cholesteryl ester, kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Fungsi utama lapisan ini adalah membuat lapisan air mata menjadi stabil. Dengan sifat hidrofobiknya, lapisan ini mencegah penguapan air mata terlalu cepat dan melicinkan permukaan mata.
Lapisan cairan/lapisan air di bagian tengah dengan ketebalan sekitar 8 µm (8 x 10-6) yang dihasilkan oleh glandula lakrimalis serta glandula lakrimalis aksesorius (glandula Krause dan Wolfring) terdiri dari 98-99% air, sekitar 1% garam anorganik, sekitar 0,2-0,6% protein, albumin, dan globulin, sekitar 0,02-0,06% lisozim, sisanya adalah glukosa, urea, mukopolisakarida tipe netral dan tipe asam. Lapisan ini berfungsi membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing ataupun iritan yang masuk ke dalam mata.
Lapisan terdalam adalah lapisan musin/lendir yang dihasilkan oleh sel-sel piala (goblet cells) pada konjungtiva dan glandula lakrimalis. Sifat lapisan ini hidrofilik dan berkesesuaian dengan lapisan mikrovili pada permukaan kornea, yang juga membantu kestabilan lapisan air mata, dan mencegah lapisan air di atasnya membentuk bulir-bulir air di permukaan kornea serta memastikan lapisan air melembabkan seluruh permukaan kornea dan konjungtiva secara merata.
Air mata juga mengandung lisozim, beta-lisin, laktoferin, dan gamma globulin (IgA) yang merupakan protein spesifik pada air mata dan memberikan air mata sifat antimikrobial sehingga mencegah infeksi pada mata.
Dzikir mata adalah dengan menangis. Orang yang khusyuk dalam beribadah hingga meneteskan air mata ketaqwaan akan memiliki mata yang sehat dan terhindar dari penyakit mata. Terdapat korelasi yang erat antara anjuran menangis dalam Al-Quran dan As-Sunnah terhadap kesehatan mata dan tubuh. Maha suci Allah yang menganjurkan menangis dalam beribadah untuk mengoptimalkan kesehatan mata dan tubuh. Adapun korelasi erat tersebut antara lain:
- Menangis membantu optimalisasi penglihatan
Air mata merupakan lapisan yang terdiri dari beberapa elemen. Air mata sendiri memiliki fungsi melembabkan konjungtiva dan kornea pada mata, sehingga pada kondisi normal setiap kali berkedip sebuah lapisan air mata (tear film) dipoleskan pada permukaan mata.
Lapisan cairan air mata bagian tengah berfungsi untuk membersihkan permukaan kornea, menjamin pergerakan kelopak mata dan bagian konjungtiva palpebra tidak menggesek dan merusak permukaan kornea. Memberikan kornea permukaan yang halus sehingga menghasilkan pencitraan optis berkualitas tinggi.
- Air mata dapat membunuh bakteri yang berbahaya bagi kesehatan mata
Di dalam air mata terkandung cairan Lyzosime, beta-lisin, laktoferin, dan gamma globulin (IgA) yang merupakan protein spesifik pada air mata dan memberikan air mata sifat antimikrobial/kemampuan untuk membunuh bakteri yang membahayakan kesehatan mata, seperti Chlamydia trachomatis. Hal ini membantu mencegah infeksi pada mata seperti trakoma. Mata yang merupakan organ yang sangat halus, dapat ”tahan” dengan kandungan zat kimia sekeras Lyzosime tersebut tanpa menimbulkan iritasi dan lain sebagainya. Jawabannya sudah sangat jelas, bahwa ini adalah salah satu bukti penciptaan Allah SWT. “Katakanlah. ‘Adakah kamu perhatikan sekutu-sekutu kamu yang kamu seru selain dari Allah? Perlihatkanlah kepada-Ku apakah yang mereka telah ciptakan di bumi, ataupun mereka berserikat dalam penciptaan langit? Ataukah Kami telah memberikan Kitab kepada mereka, lalu mereka mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Bahkan orang-orang zalim itu tidak menjanikan sebahagian terhadap sebahagian yang lain melainkan tipu daya.’” (Faathir : 40).
- Menangis dapat mengeluarkan racun dari dalam tubuh
Seorang ahli biokimia, William Frey telah melakukan beberapa studi tentang air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar dari hasil menangis karena emosional ternyata mengandung racun, yakni air mata yang dikeluarkan pada saat menangis mengandung unsur mangan (Mn) 30 kali lebih banyak dari pada yang terdapat di serum darah. Ini menunjukkan bahwa air mata bisa berfungsi membersihkan tubuh dari racun.
- Menangis dapat mengurangi stres
Dalam studinya, Frey beserta kolega-koleganya mempelajari perilaku tangisan pada lima kelompok orang selama sebulan. Para peneliti ini memantau tangisan emosional dan tangisan karena mata pedih. Kemudian, mereka diminta untuk mencatat tanggal, waktu, lama, alasan menangis, dan tanda-tandanya baik itu berbentuk pikiran, emosi, maupun isyarat fisik seperti rasa tercekat di tenggorokan, mata berair, atau aliran air mata. Ternyata, 94 persen wanita mengalami episode tangisan emosional dalam sebulan, sedangkan pria 55 persen. Delapan puluh lima persen wanita yang menangis mengaku merasa lebih baik dan lebih lega setelah menangis dengan leluasa, sebagaimana 73 persen pria yang menangis.
- Menangis dapat mempercepat penyembuhan radang sendi / reumatik
Studi penting yang dilakukan oleh terhadap penderita rematoid artitis (RA) atau radang sendi menunjukkan bahwa penderita penyakit tersebut menangis sebagai jalan untuk meredakan rasa sakit dan radang yang kronis. Peneliti di Nippon Medical School Tokyo memaparkan bahwa pasien RA mengalami stimuli emosional yang sangat kuat. Di samping itu, ada hubungan antara berbagai respon neuro endokrin dan kekebalan (NEIR/Neuro Endocrine and Immune Response) dalam tubuh mereka dengan seberapa mudah mereka menangis. Respon tersebut di antaranya kadar hormon stres kortisol dalam darah, protein kekebalan interleukin 6, CD4, CD8 dan sel kekebalan pembunuh alamiah. Berdasarkan penelitian tersebut, mereka menyadari bahwa pasien yang mudah meneteskan air mata umumnya lebih membaik secara klinis dalam rentang setahun dibandingkan pasien yang tidak menangis, sehingga mereka menarik kesimpulan kesimpulan bahwa dengan menangis pengaruh stres terhadap NEIR dapat ditekan dan RA lebih mudah dikendalikan.
Daftar Pustaka
- Al Quran dan Terjemahan
- Ad Vingerhoets, dan Lauren Bylsma. 2007. Crying as a multifaceted health psychology conceptualisation: crying as coping, risk factor, and symptom. The European Health Psychologist. Volume 9.
- Divi Mardiana, S.Ked , Roza Insanilhusna, S.Ked. 2010. Ilmu Kesehatan Mata Rsd Dr. Soebandi Jember. Fakultas Kedokteran Universitas Jember
- Dossey, Larry. 2007. Kekuatan Penyembuhan Luar Biasa dari Hal-hal Biasa. Empat Belas Langkah Alami Menuju Sehat dan Bahagia. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta
- Haeny, Nur. 2009. Analisis Faktor Literatur. Universitas Indonesia
- Foreman, Judy. 1996. Sob Story. why we cry, and how. http://judyforeman.com/columns/sob-story-why-we-cry-and-how/. Diakses pada tanggal 22 September 2013 Pukul 08.50 WIB
- Frederik M. van der Veen & Joyce Jorritsma Carola Krijger. 2011. Paroxetine reduces crying in young women watching emotional movies. Psychopharmacology (2012) 220:303– 308 DOI 10.1007/s00213-011-2477-z
- Frey, William H. dan Muriel Langseth. 1985. Crying: The Mystery of Tears. Minneapolis: Winston Press.
- Newman JD. 2007. Neural circuits underlying crying and cry responding in mammals. Behav Brain Res 182:155– 165
- Shalih bin Shuwailih Al-Hasawy. 2006. Tangis Para Salaf. Surakarta : Daar An-Naba’.
- The Eye M.D. Association. 2007. Dry Eye Syndrome Limited Revision. American Academy of Opthalmology
- Umar, Abu Al-Ma’ali. 2006. 77 Cabang Keimanan. Jakarta: Jakarta Putra Grafika
- Vingerhoets AJ. 2011. Tranen. Waarom mensen huilen. (Tears. Why humans cry). Amsterdam: Bert Bakker
- 2007 Report of the International Dry Eye Whorkshop (DEWS). 2007. The Ocular Surface. www.theocular survace.com. Diakses pada tanggal 22 September 2013 Pukul 08.30 WIB
- http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/profil/dkk-dalam-angka/statistik-10-penyakit-terbanyak/. Diakses pada tanggal 22 September 2013 Pukul 08.30 WIB