Mengenal Phlebotomy Dalam Proses Mengeluarkan Darah

“Phlebotomy” berasal dari bahasa Yunani yakni phlebos (pembuluh darah vena) dan tome (memotong). Menurut sejarah, Phlebotomy sejak 2000 tahun yang lalu […]

blank

“Phlebotomy” berasal dari bahasa Yunani yakni phlebos (pembuluh darah vena) dan tome (memotong). Menurut sejarah, Phlebotomy sejak 2000 tahun yang lalu telah digunakan untuk mengeluarkan darah  (bloodletting) dan menyembuhkan pasien.

Phlebotomy adalah suatu tindakan membuat sayatan/mengiris pembuluh darah supaya darah mengalir sehingga dapat ditampung/dikumpulkan ke dalam tabung sampel tertentu. Dengan tujuan pemeriksaan laboratorium, pengobatan/terapi, dan kegiatan donor darah. Phlebotomist adalah seorang tenaga kesehatan medis yang telah mendapat kompetensi dari pendidikan/pendidikan dan kewenangan dari pemegang otoritas dibidang tersebut melalui pemberian izin yang diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk melakukan pengambilan darah (sampling) dan menampung spesimen darah dari pembuluh darah (vena, kapiler, dan arteri).(2)

Terdapat perbedaan phlebotomy dulu dan sekarang, yakni sebagai berikut.

  • Cara kuno terdiri dari cupping (alat penghisap seperti mangkuk : dry cupping dan wet cupping), penorehan vena (venesections), dan gigitan lintah (leeches biting).
  • Cara masa kini terdiri dari menusuk ke pembuluh darah vena (venipuncture) dan menusuk ke kulit (skinpuncture).

Tugas seorang phlebotomy adalah memahami anatomi dan fisiologi tubuh, situasi pasien, teknik komunikasi untuk memperoleh persetujuan pengambilan darah, melaksanakan prosedur dengan benar dan mengetahui proses pengendalian mutu (faktor safety).

Komplikasi Phlebotomy

Phlebotomy juga dapat menyebabkan komplikasi pada beberapa pasien yang sensitif. Adapun komplikasi-komplikasi yang biasa di alami pasien adalah sebagai berikut:

  1. Hematoma (terkumpulnya massa darah dalam jaringan akibat robeknya pembuluh darah). Hematoma terjadi pada lokasi penusukan yang sama, kelainan dinding pembuluh darah, jarum hanya menembus sebagian dan atau seluruh dinding vena, serta jarum yang dilepaskan pada saat torniquet masih terpasang di lengan.
  2. Rasa nyeri (timbul akibat alkohol yang belum kering atau akibat dari penarikan jarum yang terlalu kuat).
  3. Alergi (terjadi karena pasien sensitif terhadap bahan-bahan yang dipakai pada saat phlebotomy).
  4. Anemia (terjadi karena pengambilan darah yang berulang-ulang).
  5. Hemodilusi (terjadi karena pengambilan darah di lengan yang terdapat pemberian cairan infus).
  6. Syncope (keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa saat akibat menurunnya tekanan darah).
  7. Pendarahan (pendarahan yang berlebihan karena terganggunya sistem koagulasi darah
    pasien).
  8. Trombosis (terjadi karena pengambilan darah berulang-ulang di tempat yang sama sehingga menimbulkan peradangan dan penutupan pada pembuluh darah).
  9. Hemokonsentrasi (terjadi karena pemasangan turniket yang lama dan terlalu ketat).
  10. Radang tulang (terjadi pada bayi, karena jarak kulit dan tulang yang sempit dan pemakaian lancet yang berukuran panjang). (2)

Teknik melakukan phlebotomy

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual menggunakan alat suntik (syring) dan cara vakum menggunakan tabung vakum (vacutainer). Seiring dengan perkembangan teknologi pengambilan darah menggunakan alat suntik telah tergantikan oleh kehadiran tabung vacutainer, kelebihannya yaitu tabung tersebut memiliki konsentrasi antikoagulan yang sesuai pada komposisi pengambilan darah dan mengurangi terjadinya hemolisis. (1)

Prosedur pengambilan darah dengan tabung vacutainer yaitu sebagai berikut :

  1. Persiapkan alat dan bahan (jarum BD 22G, tabung vacutainer K3EDTA 3ml, pemegang tabung/holder, sarung tangan/handscoon, kapas, plester, torniquet, alkohol swab/alkohol 70%).
  2. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
  3. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
  4. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
  5. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
  6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. Minta pasien mengepalkan tangan.
  7. Mengatur posisi lengan pasien supaya sedikit lebih menekuk dan pasangkan torniquet sekitar +- 7cm di atas bagian vena mediana cubiti.
  8. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak mampu teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
  9. Melakukan desinfeksi pada daerah vena tersebut menggunakan kapas dan alkohol swab secara melingkar (dari dalam ke luar) kemudian tunggu hingga mengering dan jangan dipegang lagi.
  10. Menusuk bagian vena mediana cubiti dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
  11. Memasukkan tabung ke dalam holder dan mendorongnya menggunakan ibu jari sehingga jarum bagian posterior tertancap oleh tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung tersebut. Jika memerlukan beberapa tabung vacutainer dapat mencabut tabung pertama setelah terisi dan menggantinya dengan tabung kedua, dan seterusnya.
  12. Lepas torniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
    diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium.
  13. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

  • Pemasangan torniquet (tali pembendung)
    Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total). Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.
  • Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
  • Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.
  • Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :

  • Darah dari suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vacutainer dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
  • Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
  • Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah :
  1. Botol biakan mikrobiologi (bactec) atau tabung tutup kuning-hitam,
  2. Tabung non additive (tutup merah) tes kimia darah,
  3. Tabung Na Cirtrat (tutup biru) tes koagulasi,
  4. Tabung Heparin (tutup hijau) berguna untuk tes imunoserologi,
  5. Tabung ESR (tutup hitam) digunakan untuk tes LED,
  6. Tabung EDTA (tutup ungu/lavender) digunakan untuk tes hematologi,
  7. Tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat) tes glukosa,
  8. Tabung clot activator (tutup merah atau kuning dengan gel separator) digunakan untuk tes kimia darah dan serologi.

Referensi :

  1. Suwandi, D. R. 2018. Pengaruh Penundaan Darah Tabung Vacutainer K3EDTA pada Suhu 25oC terhadap Morfologi Eritrosit. Universitas Muhammadiyah Semarang
  2. Andriyanti, Novian. 2013. Phlebotomy. FK UB. Malang (Diakses pada tanggal 31 Agustus 2020) https://www.google.co.id/url?q=https://fkunand2010.files.wordpress.com/2011/11/phlebotomy-dr-zelly-utk-mhs.ppt&sa=U&ved=2ahUKEwjb0riF96XfAhXMQI8KHWytAJ8QFjACegQIChAB&usg=AOvVaw1TXB7EUZSvbYxvnVAmGNxx

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *