Indonesia adalah salah satu negara agraria yang menghasilkan padi dengan jumlah yang melimpah. Indonesia memiliki sawah seluas 12,84 juta hektar yang menghasilkan padi sebanyak 65,75 juta ton. Limbah sekam padi yang dihasilkan sebanyak 8,2 sampai 10,9 ton. Potensi limbah yang besar ini hanya sedikit yang baru dioptimalkan[1]. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arif Rahman tahun 2017, ternyata sekam padi secara umum mengandung silika yang tinggi yaitu 93,46 %[2]. Oleh karena itu, abu sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai sumber silika pada pembuatan bahan berbasis silika.
Kandungan silika dari sekam padi dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi silika dari sekam padi dapat dilakukan dengan metode refluks. Proses mengesktrak kandungan silika dari sekam padi dimulai dengan membersihkan sekam padi dengan air bersih lalu di keringkan menggunakan cahaya matahari untuk menghilangkan unsur pengotor dan tanah liat. Silika yang telah bersih tersebut kemudian dipanaskan selama 4 jam pada suhu 750oC agar menjadi abu sekam padi. Selanjutnya, sebanyak 10 gram abu sekam padi dicampur dengan 60 ml larutan NaOH (Natrium Hidroksida) dengan konsentrasi 4 N kemudian dipanaskan selama 1 jam pada suhu 80oC sambil diaduk. Setelah dingin kemudian disaring sehingga menghasilkan natrium silikat. Natrium silikat yang dihasilkan kemudian dicampur denggan larutan HCL 4 N lalu campuran disaring kembali[3] . Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah silika murni yang apabila dipasarkan memiliki harga yang tinggi.
Setelah silika dihasilkan, silika tersebut dapat dibuat menjadi partikel dengan ukuran nanometer. Partikel dengan ukuran nanometer memiliki karakterisitik yang khas sehingga dapat meningkatkan potensi efisiensi aplikasinya. Gambar 1. menunjukkan potensi aplikasi nanosilika pada berbagai bidang industri.
Gambar 1. Potensi Aplikasi Nanosilika
Selain itu jika ditinjau dari segi nilai ekonomi, silika bisa menjadi salah satu proyek yang menguntungkan. Sebagai gambaran, harga 1 kg pasir silika adalah Rp. 500. Namun, apabila ditingkatkan kadar kemurnian silikanya maka harganya menjadi Rp. 150.000/kg. Akan tetapi, apabila silika tersebut dipasarkan dalam bentuk nanopartikel silika, harga akan mencapai Rp 3.000.000/kg. [4].
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah petani seharusnya dapat memanfaatkan potensi ini demi peningkatan ekonomi petani. Hal tersebut, akan membuat petani menjadi lambang kemakmuran bagi Indonesia.
Referensi
[1] Rahmi, Nur Lulu. 2017. Optimasi Metode Absorbsi Menggunakan Silika Sekam Padi Untuk Analisa Senyawaa Polisilkik Aromatik Hidrokarbon (PAH). Universitas Lampung : Lampung. 2017
[2] Rahman, Arif. 2018. Pembuatan Nanosilika Gel Dari Abu Sekam Padi. UIN Alauddin Makassar : Makassar.
[3]. Hanani, dkk. 2017. The effect of Various Acids on Properties of Microcrystalline Cellulose (MCC) Extracted from Rice Husk (RH). MATEC Web of Conferences, 47, pp. 05013-p.1-p.6.
[4] Wahyudi, dkk. 2011. Penyiapan Nano Partikel Silika dari Mineral Silikat secara Mekanis. Laporan Akhir Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral