Bagaimana Reality Show Karma Ditinjau dari Sisi Psikologi

Sebuah acara televisi bernama karma yang ditayangkan ditengah malam ternyata memiliki rating yang cukup tinggi, bahkan pada 1 April 2018 […]

blank

Sebuah acara televisi bernama karma yang ditayangkan ditengah malam ternyata memiliki rating yang cukup tinggi, bahkan pada 1 April 2018 karma menempati peringkat pertama versi dunia_tv.

Karma adalah tayangan televisi yang berisi tentang kisah masa lalu partisipan dan prediksi karma baik atau buruk seseorang berdasarkan tanggal lahirnya. Partisipan diminta duduk pada nomor kursi sesuai dengan tanggal lahirnya. Daya tarik lainnya adalah dalam setiap episodenya, karma juga mendatangkan seorang public figure atau artis seperti Rina Nose, Dewi Persik, dll.

blank
Rating Acara TV pada 1 April 2018 berdasarkan @dunia_tv. Sumber: @dunia_tv

Saya tidak akan membahas tentang apakah acara tersebut dibuat-buat (settingan) atau benar sungguhan. Atau apakah ramalannya benar atau salah. Disini saya akan mencoba untuk membahas dari sisi lain, yaitu sisi para penontonnya atau kita-kita yang menonton reality show karma.

blank
Roy Kiyoshi sebagai “tokoh” utama dalam reality show Karma

Sebelum membicarakan Karma, mari kita bahas tentang hasil penelitian berikut.

Riset tentang mindset

Kelly McGoningal Dalam bukunya berjudul the Upside of Stress, disana dijelaskan bahwa mindset kita, keyakinan kita berpengaruh tidak hanya terhadap kondisi psikis atau mental tetapi juga terhadap biokimia dalam tubuh.

Alia Crum, dosen di Stanford University meneliti bagaimana pengaruh mindset ini terhadap faktor biokimia dalam tubuh. Crum meneliti dua kelompok relawan dimana satu kelompok diberi minuman dengan label tinggi kalori. Satu kelompok lagi diberi minuman dengan label rendah kalori padahal sebenarnya minuman keduanya adalah sama. Crum kemudian meneliti kandungan Ghrelin dalam tubuh dua kelompok tersebut dan membandingkannya. Ghrelin adalah hormon yang berperan terhadap rasa kenyang. Jika kita merasa kenyang maka kandungan Ghrelin akan rendah sedangkan bila kita lapar maka kandungan Ghrelin akan tinggi. Hasilnya ternyata mereka yang diberi minuman dengan label tinggi kalori memiliki kandungan Ghrelin lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang minum dengan label rendah kalori.

Penelitian lainnya dilakukan terhadap perempuan yang bekerja di hotel. Para perempuan ini merasa mereka tidak punya cukup waktu untuk berolah raga. Para relawan ini selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi tayangan edukasi. Mereka dijelaskan berapa banyak kalori yang terbakar saat mereka melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan kelompok lainnya dijadikan sebagai kontrol dan tidak diberi informasi apa-apa. Ternyata, mereka yang diberi informasi menunjukkan hasil uji kesehatan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak diberi informasi apa-apa tentang kalori yang terbakar selama bekerja. Hal ini membuktikan bahwa hanya dengan sedikit informasi, maka akan membuat perubahan besar tidak hanya terhadap pikiran, tetapi juga fisik.

Lalu bagaimana dengan Karma?

Jika memang pikiran kita ternyata memberikan dampak, maka kita harus selalu berpikir positif. Jika anda tipe orang yang percaya dengan ramalan baik atau buruk, karma baik atau buruk, maka ramalan dan karma tersebutlah yang mungkin akan terjadi.

Mulai sekarang berpikirlah positif, sekalipun mengalami pengalaman yang negatif maka yakinlah bahwa segala sesuatu itu ada hikmah yang perlu disyukuri.

 

Referensi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.