Upaya Cina Memerangi Polusi Udara, Namun Malah Menyebabkan Timbulnya Polusi Akibat Ozon

Cina merupakan salah satu negara dengan polusi udara terburuk menurut WHO. Hal ini disebakan karena cina merupakan Negara dengan pengguna […]

Cina merupakan salah satu negara dengan polusi udara terburuk menurut WHO. Hal ini disebakan karena cina merupakan Negara dengan pengguna batu bara terbanyak di dunia. Mengutip dari data International Energy Agency (IEA), dalam “Global Coal Risk Assessment: Data Analysis and Market Research” menyebutkan bahwa konsumsi batu bara cina sebanyak 46% dari batu bara dunia. Selain itu, asap dari pabrik dan kendaraan bermotor juga menjadi memperparah polusi udara di Cina.

Pencemaran udara di Cina kebanyakan disebabkan oleh sumber pencemaran antropogenik. Sumber pencemaran antropogenik adalah istilah untuk pencemaran yang terjadi karena ulah manusia seperti aktivitas transportasi, industri, pembakaran sampah, dan rumah tangga. Sepuluh spesies kimia dari emisi sumber antropogenik yang dimasukkan dalam MIX Inventarisasi emisi Asia termasuk gas dan aerosol diantaranya yaitu SO2 , NOx , CO, NMVOC (senyawa organik volatil non-metana), NH3 (amoniak), PM10 (partikel dengan diameter lebih sedikit dari atau sama dengan 10 μm), PM 2.5 (particulate matter (PM2.5) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 μm), BC (karbon hitam), OC (Karbon Organik) dan CO2. MIX merupakan penelitian yang mengumpulkan Inventarisasi Emisi Antropogenik baru untuk Asia untuk tahun 2008 dan 2010. Pengembangan inventaris MIX dipimpin oleh Universitas Tsinghua (Qiang Zhang) dengan masukan dari Pusat Penelitian Polusi Udara Asia.

Polusi Udara di Cina (batam.tribunnews.com)

Oleh karena itu, pemerintah Cina meluncurkan Rencana Tindakan Pencegahan Polusi Udara Untuk Mengurangi Emisi Antropogenik sebagai upaya menuntaskan persoalan polusi udara ini. Cara yang digunakan yakni memberikan sanksi kepada pejabat daerah di Cina terkait polusi udara di daerahnya, memberikan denda bagi para pencemar udara, menggalakkan kembali penggunaan sepeda sebagai alat transportasi utama masyarakatnya, mendorong penggunaan sepeda motor listrik, serta memperbanyak bus dan trem yang menggunakan listrik.

Setelah lima tahun berjalan dari 2013, kualitas udara secara keseluruhan di negara Cina telah meningkat, dan cuaca berkabut akibat polusi berat telah menurun secara signifikan, kualitas udara di daerah Beijing-Tianjin-Hebei (BTH), Delta Sungai Yangtze dan Delta Sungai Pearl telah meningkat secara signifikan. Konsentrasi bahan partikulat halus di Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Sungai Yangtze dan Delta Sungai Pearl akan berkurang masing-masing sebesar 25%, 20%, 15%, di mana konsentrasi rata-rata tahunan dari partikel halus di Beijing dikontrol sekitar 60μg/m3. Namun, penelitian terbaru dari Jurnal ilmiah Prosiding National Academy of Sciences Amerika Serikat ( PNAS ) pada tanggal 8 Januari 2019, mengatakan bahwa pengamatan ozon di permukaan seluruh Cina selama 5 tahun terakhir menunjukkan polusi ozon yang cukup parah.

Ozon adalah gas beracun yang membentuk lapisan ozon di atmosfer yang melindungi kehidupan di Bumi, karena lapisan ozon melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Namun, ozon bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru. Ozon di permukaan adalah polutan udara utama yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan dan kerusakan pada tumbuhan yang terkena hujan asam akibat dari reaksi ozon.
Ozon bisa terbentuk secara alami di dalam kabut terutama di kota-kota besar. Ozon diproduksi dengan cepat di udara yang tercemar oleh fotokimia oksidasi dari volatile organic compounds (VOCs) atau senyawa organik yang mudah menguap dengan adanya nitrogen oksida (NOx). NOx berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Jika terjadi reaksi dari ozon yang berasal dari NOx dengan gas hydrocarbon dari asap buangan kendaraan bermotor, akan terbentuk asam nitrat dan asam sulfat yang dapat menimbulkan hujan asam yang membahayakan manusia dan dapat merusak berbagai ekosistem air. Contoh reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

2 NO + O2 => 2 NO2
NO2 + hν(λ NO + O [3P]
O[^3P]+O2(+M) => O3 + M dengan M=N2 atau O

Polusi ozon merupakan masalah serius di Cina (Tiongkok). Nilai konsentrasi ozon rata-rata melebihi 60 ppb di sebagian besar Cina timur dan konsentrasi melebihi 120 ppb sering terjadi di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Ppb (Part per biilion) digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu kontaminan dalam tanah dan sedimen. 1 ppb sama dengan 1 µg per kg zat padat (µg/kg). The National Ambient Air Quality Standard (NAAQS) mengatakan standar ozon ada pada kisaran 65-70 ppb.

Ozon di permukaan meningkat akibat perubahan emisi antropogenik. Emisi NOx antropogenik di Cina diperkirakan telah mengalami penurunan sebesar 21% selama 2013-2017, sedangkan emisi senyawa organik yang mudah menguap (VOC) hanya sedikit berubah. Sensitivitas ozon terhadap emisi antropogenik tergantung pada jumlah fotokimiawi untuk pembentukan ozon, yaitu apakah produksi ozon terbatas-NOx atau terbatas-VOC.

Studi pengamatan dan pemodelan menunjukkan bahwa produksi ozon di pusat-pusat kota terbatas VOC, sedangkan produksi ozon di daerah pedesaan adalah terbatas-NOx. Penurunan NOx akan meningkatkan ozon dalam kondisi terbatas-VOC yang terjadi di perkotaan Cina. Beberapa studi telah melaporkan peningkatan ozon 1-2 ppbv a^-1 di perkotaan dan di Cina timur selama Periode 2001-2015. Sedangkan untuk polusi ozon di dataran China Utara partikel halus (PM 2.5 ) menurun sebanyak 40% selama periode 2013-2017 yang memperlambat penurunan aerosol hidroperoksi (HO2) sehingga merangsang produksi ozon. Emisi Antropogenik Cina yang diperkirakan dalam inventaris MEIC (the Multi-resolution Emission Inventory for China) menurun sebesar 21% untuk NOx dan meningkat sebesar 2% untuk VOC selama periode 2013-2017. Emisi PM 2.5 juga diperkirakan juga mengalami penurunan sebesar 59% untuk SO2. Walaupun PM 2.5 konsentrasinya telah menurun secara signifikan, tetapi polusi ozon tidak berkurang dan tampaknya semakin memburuk. Ilmuan menemukan bahwa perubahan PM 2.5 lebih penting dari perubahan emisi NOx atau VOC dalam mendorong polusi ozon, khususnya di Dataran Cina Utara.

Secara keseluruhan, pola polusi ozon 2013-2017 disimulasikan dari perubahan gabungan dalam emisi antropogenik dan PM 2.5. Karena PM2.5 juga dapat dihasilkan dari reaksi kimia antar berbagai gas seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan VOCs (volatile organic compounds).Ilmuan menemukan faktor yang lebih penting dan luas untuk peningkatan ozon di Dataran Cina Utara adalah penurunan cepat PM 2.5 , memperlambat serapan reaktif HO2 oleh partikel aerosol sehingga merangsang produksi ozon. Untuk mengurangi ozon di masa depan, akan memerlukan kombinasi pengontrolan emisi NOx dan VOC serta mengatasi efek dari penurunan PM2.5, tentunya dengan dengan cara mengendalikan pencemaran udara dari sarana transportasi. Selain itu, solusi alternatif juga ditawarkan oleh Allison Dring. Perhatian utamanya adalah menghilangkan nitrogen dioksida dari knalpot kendaraan yang juga menutupi kota tersebut. Solusi awalnya adalah dengan membungkus bangunan dengan titanium dioksida fotokatalitik, yang menggunakan gelombang ultraviolet dari sinar matahari untuk mengubah nitrogen dioksida menjadi asam nitrogen. Asam nitrogen kemudian segera dinetralkan menjadi garam yang tidak berbahaya dan melebur dengan air hujan.

Rumah Sakit Manuel Gea Gonzalez di selatan Mexico City dilapisi katalis yang mengurangi nitrogen dioksida menjadi garam yang tak berbahaya (https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-38770297)

Permasalahan polusi udara tidak hanya menghantui Negara Tirai Bambu, tetapi juga negara kita, Indonesia. Apakah jika Indonesia melawan polusi udara juga akan menyebabkan polusi ozon yang serupa di China?

Sampai saat ini belum ada penelitian yang secara signifikan membahas mengenai polusi ozon di Indonesia. Namun, terdapat program pengendalian pencemaran udara yang diupayakan oleh pemerintah Indonesia secara nasional atau disebut Program Langit Biru (PLB) yang dicanangkan pada tanggal 6 Agustus 1996 di Semarang oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Program langit biru bertujuan mengendalikan pencemaran udara, khususnya yang bersumber dari sektor transportasi. Upaya pengendalian yang terkait dengan program tersebut antara lain adalah: pemantauan kualitas udara ambien dan pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi. Hal tersebut meliputi penggunaan bahan bakar bersih, pengembangan manajemen transportasi, mengubah mesin kendaraan, dan memasang alat-alat pembersih polutan pada kendaraan, serta pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor.

Selain itu, dilakukan upaya mempertahankan “paru-paru” kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan sebagai penangkal pencemaran udara. Jika Upaya-upaya tersebut benar-benar dilaksanakan dengan kerjasama seluruh masyarakat Indonesia, kemungkinan emisi NOx dan VOC akan berkurang serta berkurang pula bahan pembentuk PM2.5 sehingga menurunkan presentase terjadinya polusi ozon.

Referensi:

  • Li et al. 2019. Anthropogenic drivers of 2013–2017 trends in summer surface ozone in China. Diakses dari www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1812168116 pada 19 Januari 2019
  • Fitria, Laila. 2019. Program Langit Biru : Kontribusi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Kota terhadap Penurunan Penyakit Pernapasan pada Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 3
  • https://fakta.news/berita/ala-china-mengatasi-pencemaran-udara diakses pada 19 Januari 2019
  • https://pdf.wri.org/global_coal_risk_assessment.pdf diakses pada 19 Januari 2019
  • https://news.detik.com/internasional/d-3866626/china-jadi-negara-dengan-polusi-udara-paling-mematikan-di-dunia diakses pada 19 Januari 2019
  • https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-38770297 diakses pada 20 Januari 2019
Scroll to Top