Mengenal Virus Nipah yang Berpotensi Menjadi Pandemi di Asia

Pandemi COVID-19 belum berakhir saat ini di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih menunggu kabar berupa tersedianya vaksin COVID-19 secara merata untuk […]

virus nipah

Pandemi COVID-19 belum berakhir saat ini di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih menunggu kabar berupa tersedianya vaksin COVID-19 secara merata untuk seluruh masyarakat Indonesia. Beberapa hari ini, sedang ramai pemberitaan mengenai himbauan Kementerian Kesehatan RI untuk mewaspadai infeksi Virus Nipah. Sebenarnya, apa itu virus nipah dan seberapa berbahaya?

Sekilas Tentang Virus Nipah [1]

Virus Nipah pertama kali ditemukan di Malaysia pada babi. Virus tersebut menyebabkan penyakit zoonosis pada manusia. Penyakit akibat virus nipah ditemukan di Malaysia, Singapura, India, dan Bangladesh. Reservoir alami virus ini adalah kelelawar buah. Sementara itu, inang intermediet dari adalah babi. Wabah pertama terjadi di Peternakan Babi di Malaysia. Peternakan tersebut memiliki banyak pohon buah yang menarik kelelawar yang meninggalkan urin, air liur, dan feses. Virus ini juga dapat menginfeksi anjing, kucing, kuda, dan kambing. Kasus infeksi pada manusia pertama kali ditemukan di Kampung Sungai Nipah, Malaysia pada 1998. Oleh karena itu, nama virus ini berasal dari nama tempat pertama kali terjadinya wabah tersebut.

Penularan,Gejala, dan Pengobatan Infeksi [2]

Penularan terjadi melalui urin, feses, saliva, dan cairan amniotik kelelawar. Virus “melompat” dari kelelawar buah ke babi. Virus dapat menginfeksi melalui buah mentah dan air yang terkontaminasi urin, feses, saliva, atau cairan amniotik. Babi yang terinfeksi juga dapat menularkan penyakit ke hewan lain dengan kontak langsung melalui sekresi pernapasan. Selain itu, Virus ini dapat menular antar manusia melalui droplet pernapasan.

Gejala Infeksi pada manusia tidak spesifik dan terkadang tidak bergejala. Gejala seperti flu dengan tanda-tanda demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, disorientasi, muntah, dan nyeri otot. Infeksi virus dapat memengaruhi Sistem Saraf Pusat. Radang pembuluh darah juga dapat terjadi sehingga menyebabkan hipertensi, gangguan irama jantung, dan hipotensi irreversibel. Pada kasus yang parah, peradangan jaringan otak dapat memengaruhi kesadaran dan menyebabkan koma dalam rentang waktu 24-48 jam. Hingga saat ini, peneliti belum menemukanpengobatan maupun vaksin untuk hewan maupun manusia. Namun, perawatan pendukung seperti pemberian Ribavirin yang dapat menekan kematian akibat encephalitis.

Potensi dan Pencegahan Pandemi [3]

Beberapa karakteristik menyebabkan virus ini berpotensi menjadi pandemi. Karakteristik tersebut antara lain terbukti dapat menular antar manusia, laju mutasi yang tinggi karena Virus Nipah merupakan RNA virus. Jika strain yang dapat menginfeksi manusia suatu saat menularkan penyakit di Asia Tenggara, populasi dunia yang padat serta mobilitas manusia yang tinggi dapat dengan cepat menyebarkan infeksi.

Rantai penularan Virus Nipah antar manusia telah beberapa kali teridentifikasi. Namun, jangan terlalu panik. Nilai R0 dari suatu strain virus yang mewabah di Bangladesh adalah 0,48. Nilai R0<1 artinya setiap infeksi dapat menyebabkan kurang dari satu infeksi. Hal ini berarti kemungkinan infeksi virus akan hilang jika kita tanggap melakukan upaya pencegahan. Untuk mencegah penularan, kita harus melakukan studi keragaman molekuler dan genetik Henipavirus serta transmisinya. Studi genom penting untuk dilakukan untuk memperkirakan risiko penularan virus. Terlebih kelelawar buah tersebar di Asia tenggara, Asia Selatan, dan sebagian Australia. Kemudian, meningkatkan pengawasan terjadinya infeksi terutama pada manusia, dukungan dari negara maju untuk meningkatkan layanan kesehatan di negara berkembang, serta vaksinasi dalam masyarakat terutama pada masyarakat dengan risiko tinggi terpapar sekresi dan eksresi kelelawar buah.


[1] M. Sudharsan dan A. M. Veerakumar, “Review – Nipah virus : An emerging zoonotic disease,” The Pharma Innovation, 10/1 (2021), 144–46.

[2] Sudharsan dan Veerakumar, ‘Review – Nipah virus : An emerging zoonotic disease’.

[3] S. P. Luby, “The pandemic potential of Nipah virus,” Antiviral Research, 100/1 (2013), 38–43.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *