Eksplorasi Luar Angkasa: Ketika Meninggalkan Bumi Memudahkan Kehidupan di Bumi

Perlombaan menuju ke Planet Merah Pada bulan Juli 2020, tiga roket dari tiga negara berbeda telah meluncur menuju ke Mars. […]

blank

Perlombaan menuju ke Planet Merah

Eksplorasi Luar Angkasa: Roket UAE meluncur menuju Mars
Roket H-IIA yang membawa orbiter Hope menjadi roket pertama yang meluncur menuju Mars pada tahun ini

Pada bulan Juli 2020, tiga roket dari tiga negara berbeda telah meluncur menuju ke Mars. Yang pertama adalah Uni Emirat Arab yang meluncurkan orbiter bernama ‘Hope’. Peluncurannya dilakukan dari Jepang pada 19 Juli lalu. Empat hari kemudian, China menyusul dengan Tianwen-1, misi yang terdiri atas orbiter dan rover sekaligus. Kemudian yang terakhir adalah misi Perseverance dari NASA yang meluncur pada 30 Juli. [1]

Sebelumnya, perlu ditekankan bahwa ini bukanlah space race. Ini bukan karena negara-negara itu berlomba menuju Mars. Ketiganya mengirim misi ke Mars dalam waktu yang sangat berdekatan karena masa-masa itu memang sangat spesial. Masa itu adalah kesempatan emas yang membuat perjalanan ke Mars menjadi sangat cepat dan efisien. Kesempatan itu hanya bisa didapatkan 26 bulan sekali. [1]

Eksplorasi Luar Angkasa Tidaklah Murah

Misi ke luar angkasa memang sangat mahal. Pada misi Perseverance ini saja, NASA menghabiskan sekitar 2,7 miliar dolar atau 40 triliun rupiah. Masih banyak misi-misi yang jauh lebih mahal daripada itu. Proyek Apollo yang mengantarkan manusia ke Bulan bahkan menghabiskan sekitar 206 miliar dolar atau 3000 triliun rupiah.[2] Sebagai perbandingan, target pendapatan negara kita pada tahun 2020 ini adalah sebesar 2233 triliun rupiah.[3]

Kenapa negara-negara saling berlomba untuk meninggalkan Bumi dengan menggelontorkan dana yang sangat banyak. Bahkan, tujuan utama dari misi itu hanya sekadar untuk mencari tanda-tanda kehidupan yang belum tentu didapatkan. Bukankah akan lebih baik jika digunakan untuk membangun infrastruktur atau mengentaskan kemiskinan?

Daripada membuang uang untuk mencari kehidupan di planet lain, bukankah lebih baik jika digunakan untuk menyejahterakan kehidupan di planet ini?

Eksplorasi luar angkasa, meski terkesan membuang-buang uang, ternyata juga memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kita yang tinggal di Bumi. Kita tidak akan membahas mengenai ribuan satelit yang memang dibuat khusus untuk memudahkan kehidupan di Bumi, seperti satelit komunikasi dan satelit cuaca. Kita akan meninjau berbagai teknologi yang awalnya dikembangkan khusus untuk eksplorasi luar angkasa, tetapi ternyata itu sangat berguna bagi kehidupan kita sehari-hari. Untuk itu, kita akan mencoba meninjau space race antara Soviet dan Amerika Serikat. Kita akan mendapati bahwa proyek Apollo yang sangat mahal itu menghasilkan banyak teknologi baru yang bermanfaat.

Apa saja Teknologi Baru dari Space Race yang Sekarang Kita Gunakan?

GPS Pertama pada Satelit Pertama

Soviet menjadi negara pertama yang meluncurkan satelit ke luar angkasa dengan satelit Sputnik-nya. Untuk melacak posisi dari satelit ini, para ilmuwan pada masa itu mengembangkan suatu sistem pelacakan berbasis sinyal radio dengan memanfaatkan efek Doppler. Ini adalah awal dari global positioning system, atau yang biasa kita sebut dengan GPS. Sekarang, kita membawa teknologi GPS ini ke mana pun kita pergi dan menggunakannya setiap saat. [4][5]

Makanan yang Aman Hasil dari Misi ke Bulan

Kalau Soviet menjadi negara pertama yang mengirimkan satelit dan manusia ke luar angkasa, Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mengirimkan manusia ke Bulan, yaitu melalui proyek Apollo. Pada misi Apollo 11, misi pertama yang bisa mengantarkan manusia ke bulan, para astronot meninggalkan Bumi selama 8 hari. Untuk jangka waktu selama itu, tentu dibutuhkan banyak makanan. Makanan itu juga harus benar-benar bersih dari mikroba berbahaya. Para astronot tidak akan bisa menemui dokter seandainya mereka sakit perut di Bulan.

Saat itu, NASA bekerja sama dengan perusahaan Pillsbury untuk menyediakan makanannya. Saat itu, sistem pengecekan keamanan makanan belum cukup bagus. Karenanya, untuk memastikan bahwa makanannya benar-benar aman, perusahaan itu mengembangkan suatu sistem baru. Sistem itu menganalisis semua jenis bahaya yang mungkin terjadi pada makanan itu. Sistem itu juga memastikan bahwa makanannya tetap aman, bahkan di kondisi paling kritis sekalipun. Sistem itu dinamai Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dan sekarang menjadi standar umum di industri makanan. Penemuan ini disebut sebagai “inovasi paling revolusioner dalam keamanan makanan”. Bahkan ada ilmuwan yang berkomentar, “Jika HACCP hilang dari kehidupan kita, aku akan menumbuhkan sendiri makananku sendiri dan menyembelih sendiri sapiku karena aku tidak akan percaya pada semua yang dijual di toko”. [6][7]

Memonitor Tubuh Astronot dan Tubuh Kita

Para ilmuwan tidak pernah tahu apa yang terjadi ketika manusia pergi ke luar angkasa untuk waktu yang lama. Karenanya, NASA perlu membuat berbagai sensor untuk mengetahui kondisi tubuh para astronot. Sensor itu perlu dilengkapi dengan pemancar sehingga informasi kondisi tubuh mereka bisa langsung dimonitor dari Bumi. Untuk keperluan ini, NASA bahkan membuat suatu pil yang sebenarnya berisi termistor dilengkapi dengan pemancar radio. Dengan pil yang berada di dalam tubuh astronot, suhu tubuh mereka dapat terekam dan dapat langsung dipancarkan ke Bumi. Ini tentu menjadi langkah besar dalam memonitor fisiologi tubuh manusia menggunakan sistem telemetri. Saat ini, dunia kedokteran sudah biasa menggunakan berbagai sensor semacam itu. Bahkan, teknologi ini telah terdapat pada beberapa jenis jam tangan. [5]

Perkembangan Komputer dan Artificial Intelligence

Kontrol pada pesawat luar angkasa sebisa mungkin harus terhindar dari eror karena perjalanan luar angkasa sangat berbahaya. Awalnya, berbagai pengecekan dilakukan secara manual di atas kertas. Namun, tentu ini sangat menyusahkan dan rawan terhadap human error. Ini mendorong perusahaan seperti IBM untuk membuat komputer yang sangat besar untuk melakukan perhitungan. Bahkan, NASA perlu mengembangkan semacam AI yang bisa mengendalikan pesawat luar angkasa secara otomatis. Ini tentu merupakan hal yang cukup baru pada masa itu. Meski begitu, ini menjadi sangat penting bagi perkembangan ilmu komputer dan AI. Sekarang, kehidupan kita tidak pernah satu detik pun terlepas dari dua hal itu.

Peluncuran Roket dan Keamanan Bangunan Kita

Eksplorasi luar angkasa memerlukan teknologi peredam yang baru agar menaranya tidak hancur saat roket meluncur
Roket Saturn V dan menara umbilikalnya. Tanpa peredam, peluncuran roket ini bisa menghancurkan menara umbilikal itu

Pada proyek Apollo, peluncuran roketnya sendiri memerlukan teknologi baru. Proyek Apollo menggunakan roket Saturn V yang tingginya mencapai 111 meter. Ketika bahan bakarnya terisi penuh, beratnya mencapai 2,8 juta kg. Ketika meluncur, roket yang sangat besar ini menghasilkan gaya dan getaran yang sangat besar.[8]

Jika dibiarkan, getaran itu dapat menghancurkan menara umbilikal dan daerah peluncurannya. Karenanya, perlu suatu peredam (damper) untuk menahan getaran. Peredam yang ada pada saat itu masih belum cukup dan perlu dikembangkan lebih jauh untuk digunakan pada struktur besar. Ini tentu memacu perkembangan teknologi peredam. Sekarang, peredam dipasang di berbagai hal di sekitar kita. Peredam bahkan digunakan pada bangunan/jembatan besar untuk menahan getaran akibat gempa atau angin. [5][7]

Jadi, Teknologi Apa yang Akan Kita Dapatkan dari Eksplorasi Mars?

Eksplorasi Luar Angkasa: Rover Perseverance yang akan menjelajahi Mars
Ilustrasi Rover Perseverance yang akan menjelajahi Mars

Eksplorasi ke planet merah itu, sebagaimana eksplorasi luar angkasa yang lain, mendorong para ilmuwan untuk menciptakan berbagai terobosan baru. Ketika 50 tahun yang lalu para ilmuwan membuat terobosan baru untuk memenangkan space race, mereka mungkin tidak pernah menyadari bahwa penemuan mereka akan digunakan secara luas. Begitu juga pada eksplorasi Mars. Sistem kontrol pada roket dan rover Mars, beragam teknologi sensor pada rover Mars, temuan-temuan baru mengenai planet ini, dan berbagai terobosan lainnya mungkin akan kita rasakan manfaatnya puluhan tahun mendatang. Teknologi masa kini yang berawal dari eksplorasi luar angkasa diantaranya adalah GPS, headset nirkabel, lampu LED, lensa anti gores, laptop, mouse komputer/laptop, ponsel kamera, dan termometer telinga [9].

Begitulah eksplorasi luar angkasa mendorong sains sampai pada batasnya, kemudian menghasilkan terobosan baru. Eksplorasi luar angkasa memang mahal. Namun, teknologi yang dihasilkan bisa menjadi tak ternilai. Selain teknologi baru, manfaat lainnya tentu lebih banyak lagi. Mulai dari bidang sosial, politik, dan ekonomi, sampai bidang hiburan. Dengan demikian, telah jelas bahwa meninggalkan Bumi akan memudahkan kehidupan di Bumi.

Dengan eksplorasi, kita menemukan berbagai hal yang tidak pernah kita bayangkan dan itu sangat bermanfaat bagi kehidupan kita

Astronot Steve Smith [5]

[1] Gohd, Chelsea. 31 Juli 2020. A space race to Mars? Not quite — here’s why. Diakses dari space.com: https://www.space.com/mars-space-race-nasa-china-uae.html pada 10 Agustus 2020

[2] Dreier, Casey. 29 Juli 2020. The Cost of Perseverance, in Context. Diakses dari The Planetary Society: https://www.planetary.org/articles/cost-of-perseverance-in-context pada 10 Agustus 2020

[3] Kemenkeu. APBN 2020. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020 pada 10 Agustus 2020

[4] May, Thuy. 7 Agustus 2017. Global Positioning System History. Diakses dari NASA: https://www.nasa.gov/directorates/heo/scan/communications/policy/GPS_History.html pada 10 Agustus 2020

[5] Curiosity Stream. 2019. A World Without NASA: Forget Outer Space

[6] Jennifer Ross-Nazal. “From Farm to Fork”: How Space Food Standards Impacted the Food Industry and Changed Food Safety Standards. Didapatkan dari https://history.nasa.gov/sp4801-chapter12.pdf pada 12 Agustus 2020

[7] Gill, Prabhjote. 17 Juli 2019. Five Apollo 11 technologies that NASA still uses 50 years after the first man landed on the moon. Diakses dari Business Insider: https://www.businessinsider.in/5-apollo-11-technologies-still-in-use-today-by-nasa/amp_articleshow/70248633.cms pada 12 Agustus 2020

[8] May, Sandra. 17 September 2010. What Was the Saturn V?. Diakses dari NASA: https://www.nasa.gov/audience/forstudents/5-8/features/nasa-knows/what-was-the-saturn-v-58.html pada 10 Agustus 2020

[9] https://finance.yahoo.com/news/25-everyday-items-nasa-invented-225418477.html diakses pada 7 April 2021.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *