Peluang Matematika Lailatulkadar

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, sahabat warstek. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga masih semangat dalam menunaikan ibadah puasa bagi […]

blank

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh, sahabat warstek. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga masih semangat dalam menunaikan ibadah puasa bagi yang sedang melaksanakannya. Tidak terasa bulan ramadan memasuki waktu sepertiga terakhir. Biasanya, umat muslim menyibukkan diri mencari keutamaan ibadah malam lailatulkadar (The Derivation Night of Qur’an). Umat muslim mengimani malam lailatulkadar sebagai waktu di mana segala nilai pahala ibadah yang dilakukan akan berlipat ganda [1]. Sebagian masyarakat ada yang berusaha menjalankan ibadah di malam ganjil (tanggal 21, 23, 25, atau 27 Ramadan) saja, ada juga yang mengejar di malam 27 Ramadhan [2]. Pada tahun 1443 H/2022 M ini terbilang unik, pasalnya penetapan awal bulan ramadan terdapat perbedaan. Sebagian organisasi masyarakat ada yang memulai tanggal 1 Ramadan 1443 H tepat pada Sabtu, 2 April 2022, sebagian lainnya ada yang memulai puasa pada Minggu, 3 April 2022. Perbedaan ini tentunya juga berimbas pada penentuan malam ganjil dan genap. Pada artikel ini penulis akan berbagi mengenai pandangan pelaksanaan ibadah pada malam lailatulkadar dan peluangnya.

Makna Lailatulkadar

Lailatulkadar menurut bahasa diambil dari bahasa Arab dan terdiri dari dua kata, “Lailatu (لَيۡلَةُ)” dan “Al-Qadr (الۡقَدۡرِ)”. Lailatu artinya malam, sedangkan Al-Qadr berarti ketetapan atau Allah menurunkan Al-Qur’an pada malam tersebut [3]. Nomenklatur Lailat Al-Qadr atau لَيۡلَةُالۡقَدۡرِ dapat ditemukan di kitab suci Al-Qur’an, yakni QS. Al-Qadr[97]. Surah tersebut menjelaskan yang terjadi di peristiwa lailatulkadar. Asbabun nuzul (sebab turunnya ayat Al-Qur’an) surah ini yaitu ketika Nabi Muhammad menceritakan kisah empat lelaki dari kaum Bani Israil di zaman dahulu kepada para sahabatnya. Empat lelaki tersebut yaitu Ayyub, Zakaria, Hizkil ibn ‘Ajuz, dan Yusya’ ibn Nun, mereka yang beriman dan beribadah Allah selama 80 tahun tanpa melakukan kedurhakaan [4]. Para sahabat yang mendengar kisah tersebut merasa minder, sebab kaum terdahulu umurnya relatif panjang daripada umat di masa Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, surah ini turun sebagai motivasi untuk para sahabat Nabi di masa itu untuk melakukan ibadah yang “bernilai sama” secara durasi, yakni seperti 1000 tahun atau dikonversi sama dengan 83,33 tahun. Hal ini dipercaya oleh umat Islam sampai saat ini.

Menurut tafsir surah dan munasabah ayat mengenai lailatulkadar, malam tersebut diberkahi oleh Allah sebab pada malam lailatulkadar terjadi peristiwa penurunan Al-Qur’an. Banyak pendapat mengenai proses penurunan Al-Qur’an. Pendapat yang paling autentik yaitu Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur menurut jumhur ulama. Sahabat Nabi, Ibnu Abbas juga berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (baitul izzah) pada lailatulkadar secara keseluruhan, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama 23 tahun [5]. Waktu lailatulkadar yang dimaksud yaitu bulan ramadan sesuai dengan QS. Al-Baqarah[2]:185 [6]. Kita dapatkan informasi bahwa malam yang bernama lailatulkadar ini terjadi di bulan ramadan di mana terdapat keistimewaan dalam segi nilai pahala sebab ada peristiwa penting yaitu turunnya Al-Qur’an. Lantas, kapan waktu persis kita dapat menemukan lailatulkadar?

Peluang Waktu Lailatulkadar

Kembali ke pertanyaan “kapan waktu persis kita dapat menemukan lailatulkadar?” Setelah penulis mencari berbagai literatur agama terkait kapan waktu persis terjadinya, penulis belum menemukan. Penulis hanya menemukan terkait “kisi-kisi” waktu terjadinya lailatulkadar. Dalam Al-Qur’an termaktub indikasi lailatulkadar pada bulan ramadan, kemudian dalam literatur hadis diberikan informasi mengenai waktu lailatulkadar yaitu 10 malam terakhir di bulan ramadan[7]. Sebenarnya, banyak terjadi perbedaan pendapat mengenai waktu lailatulkadar. Namun, ada pendapat kuat dari Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa malam tersebut terjadi di malam ganjil pada 10 hari terakhir ramadan dan setiap tahunnya berpindah-pindah tanggalnya [8]. Menurut Imam Al-Ghazali yang diperkuat oleh Syekh Abu Al-Hasan, bahwa malam tersebut jatuh sesuai dengan hari penetapan bulan ramadan. Pendapat Imam Al-Ghazali sebagai berikut:

  1. Jika 1 Ramadan itu jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka lailatulkadar terjadi pada tanggal 29 Ramadan.
  2. Jika 1 Ramadan itu jatuh pada hari Senin, maka lailatulkadar terjadi pada tanggal 21 Ramadan.
  3. Jika 1 Ramadan itu jatuh pada hari Rabu atau Jum’at maka lailatulkadar terjadi pada tanggal 27 Ramadan.
  4. Jika 1 Ramadan itu jatuh pada hari Kamis, maka lailatulkadar terjadi pada tanggal 25 Ramadan.
  5. Jika 1 Ramadan itu jatuh pada hari Sabtu, maka lailatulkadar terjadi pada tanggal 23 Ramadan [9].

Sebuah pembahasan menarik, pada tahun ini terjadi perbedaan terkait penetapan awal bulan ramadan. Misalkan organisasi Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1443 H pada Sabtu 2 April 2022, sedangkan sidang isbat ramadan Kemenag RI menetapkan pada Ahad, 3 April 2022 [10]. Perbedaan yang mendasari keduanya yaitu karena perbedaan metode penentuan. Muhammadiyah menggunakan perhitungan astronomis (rukyatul hisab), sedangkan sidang isbat berdasarkan pengamatan bulan sabit/hilal (rukyatul hilal). Jadi, jika kita membuat garis bilangan, maka tanggal genap Muhammadiyah akan bertepatan dengan tanggal ganjil sidang isbat. Ini akan memengaruhi peluang mendapatkan lailatulkadar secara matematis. Jika kita meyakini salah satu pendapat saja antara ganjil dan genap, peluangnya 1/2 (0,5) sebab bisa jadi tanggal itu ganjil atau sebaliknya genap.

blank

Kita mendapatkan malam tanggal 21 Ramadan 1443 H pada Muhammadiyah akan bertepatan dengan tanggal 20 Ramadan 1443 H pada hasil sidang isbat, Ini kita sebut sebagai irisan (∩). Jika A merupakan himpunan tanggal hasil ijtihad Muhammadiyah dan B merupakan himpunan tanggal hasil sidang sibat, maka kita mendapatkan A ∩ B sejumlah 10 hari (terakhir) di bulan ramadan. Apabila kita ingin bersikap menengahi keduanya, maka kita berasumsi melaksanakan 10 hari terakhir mulai dari tanggal 21 Ramadan versi ijtihad Muhammadiyah.

blank

Apabila kita serius mengerjakan amalan ibadah di malam hari hanya memilih satu tanggal saja, maka peluangnya P(A)= 1/10 atau 10%. Nilai P(A) atau peluang berbanding lurus dengan nilai n(A) atau banyaknya anggota kejadian dan berbanding terbalik dengan n(S) atau banyaknya anggota himpunan sampel. Demikian, jika peluang yang ingin kita peroleh semakin besar, maka ibadah atau n(A) yang dilakukan juga harus dilakukan dengan banyak juga. Direkomendasikan untuk mengerjakan 10 hari terakhir dengan asumsi mulai mengerjakan dari malam 21 Ramadan 1443 H atau bertepatan dengan tanggal 21 April 2022 M malam hari. Sekian, sahabat warstek, pembahasan kali ini. Semoga dapat memebuat pembaca semakin bersemangat dalam menjalani ibadah di bulan suci ramadan ini. Salam sains dan teknologi!

Referensi

[1] Fauzi, R. A. (2020). Lailat Al-Qadr menurut Syekh’Abdul Qadir Al-Jailani dalam tafsir Al-jailani (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).

[2] Julifa, M. T., & Hafizzullah, H. (2020). IMPLEMENTASI MASYARAKAT TERHADAP PENAFSIRAN SURAT AL-QADR. Alfuad: Jurnal Sosial Keagamaan, 4(1), 1-11.

[3] Syafitri, S. (2020). Resepsi Lailatul Qadar (Kajian Living Qur’an di Masjid Agung Sunan Ampel).

[4] Hizkil, A., & Qalyubi, S. (2021). Surah Al-Qadr Dalam Tinjauan Stilistika. Nady Al-Adab: Jurnal Bahasa Arab, 18(1), 1-17.

[5] Yunan, M. (2020). Nuzulul Qur’an Dan Asbabun Nuzul. Al-Mutsla, 2(1), 43-65.

[6] [7] Ernawati, L. (2021). DISKURSUS LAILATUL QADAR Studi Komparasi Tafsir Al-Quran Al-Adzim Dengan Tafsir Al-Misbah.

[8][9] Sopian, A. (2020). PENAFSIRAN SURAT AL-QADR DALAM TAFSIR AL-JAILANI. Fadhilah Zikriyyah.

[10] https://muhammadiyah.or.id/muhammadiyah-tetapkan-1-ramadan-1443-h-jatuh-pada-2-april-2022/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *