Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi menular yang masih banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis atau subtropis yang terletak antara 40° Lintang Selatan dan 60° Lintang Utara. Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan endemik di 92 negara dengan 41% penduduk dunia berada dalam keadaan risiko. Kelompok potensial terjadinya penyebaran malaria di Sepuluh Negara yaitu: India, Afghanistan, Sri Lanka, Thailand, Afrika, Kamboja, Cina, Filipina, Amerika Selatan dan Indonesia. Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (Protozoa) dari genus Plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini disebabkan oleh 5 parasit protozoa plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yaitu, Plasmodium falciparum, P.vivax, P.ovale, P.malariae dan P.knowlesi. Malaria falsiparum (malaria ganas) disebabkan oleh P. falciparum. Salah satu kendala dalam pengobatan malaria di Indonesia adalah terjadinya penurunan efikasi (respon maksimal yang dihasilkan suatu obat) pada penggunaan beberapa obat anti malaria, bahkan terdapat resistensi terhadap klorokuin. Selain klorokuin, obat pilihan untuk malaria falciparum ialah obat kombinasi derivat Artemisinin yaitu Artemisinin based Combination Therapy (ACT).
Parasit dewasa bereproduksi di dalam nyamuk Anopheles, dan ditularkan ke manusia. Penularan terjadi melalui nyamuk betina yang memerlukan darah untuk perkembangan telur-telurnya. Parasit yang masuk ke darah manusia melalui gigitan nyamuk kemudian menyerang sel-sel hati sebagai tempat parasit berkembang dan membelah diri. Merozoid dilepaskan ke dalam darah dari hati, menyerang sel darah merah dan memulai siklus untuk berkembang biak dan membelah diri sehingga menyebabkan gejala penyakit klinis.
Apa Kaitanya dengan Logam???
Ada jenis senyawa yang dinamakan senyawa organologam, yaitu senyawa yang memiliki minimal satu atom karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan logam pusat. Senyawa organologam yang juga dapat disintesis dan digunakan sebagai antimalaria. Salah satu contoh senyawa organologam yang sering digunakan adalah senyawa organotimah(IV) benzoat. Timah atau stanum (Sn) termasuk unsur golongan IVA dalam tabel periodik. Senyawaan timah ditemukan di lingkungan dengan keadaan oksidasi +2 atau +4.
Senyawa organotimah adalah senyawa-senyawa yang setidaknya mengandung satu ikatan kovalen C-Sn. Senyawa organotimah diklasifikasikan sebagai mono-, di-, tri-, dan tetra- organotimah(IV), tergantung dari jumlah gugus alkil (R) atau aril (Ar) yang terikat pada senyawa organotimah. Anion yang terikat (X) biasanya adalah klorida, fluorida, oksida, hidroksida, suatu karboksilat atau suatu thiolat. Penggunaan senyawa organotimah tersebut didasarkan pada ketersediaannya yang melimpah di dunia.Jika ditinjau dari cadangan timah dunia, Indonesia menempati urutan ke-empat setelah Cina, Bolivia, dan Peru.
Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa senyawa organotimah memiliki aktivitas biologi sebagai insektisida terhadap nyamuk Anopheles penyebab penyakit malaria dan sebagai agen antimalaria. Mekanisme antimalaria didasarkan pada kemampuan untuk membentuk kompleks yang kuat dengan hematin dan menghambat pembentukan hemozin yang terakumulasi pada vakuola pencernaan parasit malaria, sehingga parasit tersebut akan mati tidak menerima makanan. Keefektifan sebagai antimalaria dapat ditentukan berdasarkan nilai 50 inhibitor concentration (IC50), menggunakan data dihitung secara regresi linier. Klorokuin digunakan sebagai kontrol positif untuk membandingkan sifat antimalaria senyawa baru yang lebih efektif. Apabila nilai IC50 di bawah mendekati IC50 klorokuin (0,002 mikrogram/mL), maka senyawa tersebut berpotensi untuk antimalaria.
Salah satu senyawa yang memiliki nilai IC50 mendekati klorokuin ialah Trifeniltimah(IV) klorobenzoat dengan nilai IC50 sebesar 0,003 mikrogram/mL. Senyawa ini diharapkan dapat menjadi agen antimalaria/bio future antimalarial drug dimasa depan sebagai pengganti klorokuin yang sudah banyak menimbulkan resistensi terhadap pasien penderita malaria.
Referensi:
- Hadi et all. 2020. Antimalarial Activity of Some Organotin IV Chlorobenzoate Compounds against Plasmodium falciparum. Mediterranean Journal of Chemistry. 10(3), 213-219
- World Health Organization. 2017. World malaria report 2008. Geneva, Switzerland.
- WHO, Roll Back Malaria program. Available at. http://www.who.int/malaria/en/. diakses 26 Mei 2020
Lulusan S1 Kimia FMIPA Universitas Lampung, menekuni kimia anorganik, menyukai kegiatan ilmiah,dan fotografi.
Mantul bang 👍👍👍👍👍
keren kak