Waspada! Megathrust Selat Sunda Bisa Picu Tsunami Setinggi 20 Meter

Indonesia berada di kawasan yang memiliki potensi bencana besar, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda. Jika terjadi, potensi tsunami yang […]

Indonesia berada di kawasan yang memiliki potensi bencana besar, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda. Jika terjadi, potensi tsunami yang dihasilkan bisa mencapai ketinggian hingga 20 meter. Oleh karena itu, sangat penting bagi seluruh penduduk Indonesia untuk memahami pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Nuraini Rahma Hanifa, telah mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap bencana yang bisa datang kapan saja.

Salah satu ancaman besar yang harus diwaspadai adalah megathrust di Selat Sunda, yang berpotensi “terjadi” kapan saja. Rahma menjelaskan bahwa potensi bencana megathrust ini berasal dari aktivitas tektonik di selatan Pulau Jawa, yang bisa menyebabkan tsunami sebesar tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004. Megathrust adalah jenis bencana yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana dua lempeng tektonik bertumbukan dan salah satu lempeng terdorong ke bawah lempeng lainnya. Fenomena ini dapat menyebabkan gempa bumi besar yang diikuti oleh tsunami.

Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami

Rahma memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang sangat besar. Energi ini berpotensi memicu gempa dengan magnitudo sangat tinggi, antara M 8,7 hingga 9,1. Gempa besar ini kemudian bisa memicu tsunami yang melaju melalui Selat Sunda dan mencapai Jakarta dalam waktu sekitar 2,5 jam. “Potensi megathrust ini dapat menyebabkan gempa besar dan tsunami, yang bisa menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dalam waktu sekitar 2,5 jam,” jelas Rahma dalam acara peringatan tsunami Aceh di Banda Aceh pada 26 Desember 2024, seperti yang dilaporkan oleh BRIN pada 6 Januari 2025.

Potensi Tsunami

Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh BRIN dan berbagai peneliti dari lembaga lain, tinggi gelombang tsunami yang dapat terjadi akibat megathrust ini bisa sangat besar. Di pesisir selatan Jawa, gelombang tsunami bisa mencapai 20 meter, sedangkan di Selat Sunda ketinggiannya bisa berkisar antara 3 hingga 15 meter, dan di pesisir utara Jakarta bisa mencapai 1,8 meter. Rahma mengingatkan bahwa fenomena tsunami besar serupa pernah terjadi pada tsunami Pangandaran pada tahun 2006, yang disebabkan oleh longsoran tanah di Nusa Kambangan.

“Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus terakumulasi seiring waktu. Jika energi ini dilepaskan sekaligus, goncangan besar akan terjadi dan tsunami tinggi dapat melanda wilayah yang lebih luas, bukan hanya selatan Jawa, tetapi juga pesisir-pesisir lainnya,” kata Rahma.

Pentingnya Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana

Berdasarkan penelitian paleotsunami yang dilakukan oleh BRIN, diketahui bahwa gempa megathrust di selatan Jawa terjadi dengan periode ulang sekitar 400 hingga 600 tahun. Kejadian terakhir diperkirakan terjadi pada tahun 1699. Oleh karena itu, energi yang tersimpan di bawah permukaan Bumi saat ini sudah mencapai titik kritis, yang meningkatkan potensi terjadinya bencana besar.

Berdasarkan temuan-temuan ini, BRIN mengingatkan masyarakat untuk selalu siap siaga dan melakukan langkah-langkah mitigasi bencana, seperti membangun infrastruktur yang tahan gempa, melatih prosedur evakuasi, dan memperkuat sistem peringatan dini. Dengan kesiapsiagaan yang baik, banyak nyawa dapat diselamatkan jika bencana ini benar-benar terjadi.

Mitigasi Gempa Megathrust Selat Sunda dan Tsunami

Pada siaran BRIEF #130 yang membahas tentang “Mengenal Megathrust dan Mitigasinya” di YouTube BRIN Indonesia, Rahma menjelaskan bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan dan angka kematian yang disebabkan oleh tsunami dan gempa megathrust, terutama di wilayah pesisir. Beberapa faktor utama yang memengaruhi dampak tersebut termasuk tinggi gelombang tsunami, kekuatan tsunami, dan kecepatan kedatangan gelombang tersebut.

Selain itu, kondisi topografi atau bentuk permukaan tanah juga berperan penting. Misalnya, adanya tebing atau dataran landai di sepanjang pantai, serta keberadaan sungai yang bisa menjadi jalur bagi tsunami untuk masuk ke daratan. Begitu pula dengan keberadaan struktur alam atau buatan seperti hutan bakau (mangrove) yang berfungsi sebagai pelindung alami.

Tsunami dapat melaju jauh ke dalam daratan apabila pantai yang dihadapinya landai, atau jika tidak ada perlindungan alami seperti hutan bakau atau tanggul. Gelombang tsunami juga bisa masuk lebih jauh ke hulu sungai jika mengikuti alur sungai. Oleh karena itu, penting untuk memiliki sistem peringatan dini yang efektif, fasilitas evakuasi yang memadai, dan kesadaran tinggi dari masyarakat mengenai langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi gempa atau tsunami.

“Sebetulnya, jika terjadi tsunami, yang perlu dilakukan adalah evakuasi keluar dari zona yang berisiko tergenang air, baik dengan menjauhi pantai atau menggunakan jalur evakuasi vertikal. Sebisa mungkin, hindari membangun rumah atau sekolah di dekat pantai. Jika memungkinkan, kami menyarankan untuk melakukan pemodelan tsunami dan menghindari pembangunan di daerah-daerah pantai yang rawan,” jelas Rahma.

Saran Mitigasi Bencana Tsunami

  1. Pembangunan Tanggul Penahan Tsunami dan Pemecah Ombak
    Membuat tanggul atau struktur penahan ombak untuk mengurangi dampak tsunami yang masuk ke daratan.
  2. Penataan Ruang Pesisir
    Menata kawasan pesisir dengan memperhatikan jarak aman minimal 250 meter dari bibir pantai untuk mengurangi risiko kerusakan saat terjadi tsunami.
  3. Pembangunan Hutan Pesisir atau Vegetasi Alami
    Menanam hutan bakau atau vegetasi alami seperti pandan laut di sepanjang pantai untuk meredam kekuatan gelombang tsunami dan mengurangi dampaknya.
  4. Edukasi Masyarakat
    Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana, termasuk bagaimana cara bertindak saat terjadi gempa atau tsunami.
  5. Pelatihan Simulasi Evakuasi
    Mengadakan pelatihan simulasi evakuasi bencana bagi warga untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi kondisi darurat.
  6. Penyediaan Jalur dan Lokasi Evakuasi yang Memadai
    Menyediakan jalur evakuasi yang jelas dan lokasi evakuasi yang aman bagi masyarakat pesisir.

Mitigasi Dampak Gempa Megathrust di Perkotaan Padat dan Industri, seperti Jakarta dan Cilegon

  1. Retrofitting atau Penguatan Struktur Bangunan
    Melakukan penguatan struktur bangunan agar tahan terhadap gempa, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk dan kawasan industri.
  2. Penguatan Standar Keselamatan di Kawasan Industri
    Meningkatkan standar keselamatan di kawasan industri, seperti pengamanan pabrik kimia dan infrastruktur lainnya, untuk mencegah terjadinya kecelakaan seperti kebocoran atau kebakaran yang bisa dipicu oleh gempa dan tsunami.
  3. Edukasi dan Simulasi Evakuasi
    Menyelenggarakan pelatihan dan simulasi evakuasi bencana gempa dan tsunami bagi warga yang tinggal di wilayah-wilayah berisiko tinggi, agar mereka tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi darurat.

Melalui langkah-langkah mitigasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dan terlindungi jika terjadi bencana gempa megathrust atau tsunami, sehingga kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

Baca juga: Ancaman Bencana di Indonesia: Miskonsepsi Antara Prediksi dan Potensi

Referensi:

Biemiller, J dkk. 2024. Subduction zone geometry modulates the megathrust earthquake cycle: Magnitude, recurrence, and variability. Journal of Geophysical Research: Solid Earth 129 (8), e2024JB029191.

Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Peneliti BRIN Ajak Masyarakat Waspada Adanya Potensi Ancaman Megathrust Selatan Jawa. BRIN: https://brin.go.id/news/122037/mengenang-20-tahun-tsunami-aceh-peneliti-brin-ajak-masyarakat-waspada-adanya-potensi-ancaman-megathrust-selatan-jawa diakses pada tanggal 9 Januari 2025.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top