Dalam beberapa dekade terakhir, konsep ekonomi sirkular telah menarik perhatian luas di seluruh dunia. Dipromosikan sebagai solusi utama untuk mengatasi tantangan lingkungan global, ekonomi sirkular bertujuan mengurangi limbah dengan memperpanjang umur produk dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya. Dengan premis utama bahwa segala sesuatu dapat dan seharusnya digunakan kembali, konsep ini berupaya menggantikan model ekonomi linear yang dikenal dengan pendekatan “ambil, buat, buang.” Namun, seperti yang diuraikan oleh Hervé Corvellec, Alison Stowell, dan Nils Johansson dalam tinjauan kritis mereka pada tahun 2021, konsep ekonomi sirkular memiliki banyak kelemahan mendasar yang harus diperhatikan jika ingin benar-benar mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Ekonomi Sirkular di Bawah Sorotan
Ekonomi sirkular sering kali dipandang sebagai pendekatan progresif yang menawarkan solusi teknis untuk tantangan lingkungan, mulai dari limbah plastik hingga perubahan iklim. Namun, seperti yang disoroti oleh Corvellec dan rekan-rekannya, konsep ini sering kali hadir dengan landasan teoretis yang tidak jelas dan bahkan ambigu. Dengan lebih dari seratus definisi yang berbeda dalam literatur akademis, ekonomi sirkular tampak seperti ide yang sulit untuk didefinisikan secara konkret. Kekacauan konseptual ini membuat ekonomi sirkular sulit diterapkan secara seragam, baik di tingkat kebijakan publik maupun praktik bisnis.
Selain itu, kritik juga datang dari perspektif ilmiah yang menyoroti kurangnya perhatian ekonomi sirkular terhadap prinsip-prinsip termodinamika. Dalam ilmu fisika, hukum termodinamika menegaskan bahwa tidak semua sumber daya dapat sepenuhnya didaur ulang tanpa kehilangan kualitas atau energi. Dengan kata lain, gagasan untuk menciptakan sistem ekonomi yang sepenuhnya bebas limbah sering kali bertentangan dengan kenyataan fisik.
Kesederhanaan ekonomi sirkular juga mengabaikan kompleksitas pengelolaan limbah. Sistem manajemen limbah modern tidak hanya melibatkan daur ulang, tetapi juga mencakup elemen seperti pengelolaan energi, pengurangan limbah berbahaya, dan kebijakan sosial. Mengadopsi pendekatan ekonomi sirkular yang terlalu terfokus pada daur ulang dapat menyebabkan pengabaian terhadap aspek-aspek penting ini.
Kritik Terhadap Model Bisnis Sirkular
Salah satu cara implementasi ekonomi sirkular adalah melalui model bisnis sirkular yang melibatkan pendekatan seperti daur ulang, penggunaan kembali, atau berbagi aset. Namun, Corvellec dan rekan-rekannya menyoroti beberapa kelemahan dalam model ini. Fokus yang berlebihan pada solusi pasar, seperti pengembangan teknologi hijau dan model ekonomi berbasis digital, sering kali melupakan dimensi sosial dan lingkungan.
Sebagai contoh, meskipun teknologi hijau dan model berbasis digital dapat meningkatkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya, teknologi ini sering kali memiliki jejak karbon dan dampak lingkungan yang signifikan dalam proses pembuatannya. Selain itu, pendekatan pasar sering kali gagal mengakomodasi kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mampu atau termarjinalkan, yang justru sering kali paling terpengaruh oleh degradasi lingkungan.
Kritik lainnya adalah bagaimana ekonomi sirkular terlalu terjebak dalam diskursus teknis dan ekonomi yang cenderung depolitisasi. Artinya, pendekatan ini sering mengabaikan isu-isu mendasar seperti ketimpangan sosial, distribusi sumber daya, dan keadilan lingkungan. Dengan hanya berfokus pada solusi teknis, ekonomi sirkular berisiko tidak mampu menawarkan solusi yang benar-benar transformatif.
Tantangan Implementasi
Meskipun telah diadopsi dalam banyak kebijakan dan strategi bisnis, implementasi ekonomi sirkular menghadapi tantangan besar. Salah satu tantangan utama adalah pengabaian terhadap cadangan material yang tersimpan di rumah tangga, perusahaan, dan infrastruktur. Ekonomi sirkular cenderung hanya fokus pada arus material yang baru diproduksi, padahal barang-barang yang tidak terpakai, seperti elektronik lama atau pakaian bekas, juga merupakan sumber daya yang signifikan.
Selain itu, kesulitan praktis juga menjadi hambatan. Tidak semua daerah atau negara memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengelolaan limbah yang efisien. Tanpa fasilitas daur ulang yang baik, konsep ekonomi sirkular hanya menjadi idealisme yang sulit diwujudkan. Tantangan lainnya adalah kurangnya keterlibatan dari perspektif lokal, seperti komunitas adat, yang sering kali memiliki cara pandang berbeda terhadap keberlanjutan.
Menuju Pendekatan yang Lebih Realistis
Melalui tinjauan kritis mereka, Corvellec dan koleganya menyerukan pendekatan yang lebih sederhana, konkret, inklusif, dan transparan untuk mengatasi keterbatasan ekonomi sirkular. Hal ini melibatkan pengakuan terhadap batas-batas fisik dari daur ulang serta penghormatan terhadap praktik-praktik lokal yang sering kali lebih selaras dengan prinsip keberlanjutan.
Lebih jauh, penelitian lintas disiplin sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Pendekatan ini harus mencakup dimensi sosial dan budaya yang selama ini sering kali terabaikan. Dengan demikian, ekonomi sirkular dapat mengintegrasikan kebutuhan manusia, perlindungan lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi dalam satu kerangka kerja yang lebih seimbang.
Baca juga: Industri 4.0 – Menakar Kebermanfaatan dan Menjawab Tantangan
Kesimpulan
Kritik terhadap ekonomi sirkular yang diuraikan dalam artikel ini tidak dimaksudkan untuk menolak konsep tersebut secara keseluruhan, tetapi untuk menyoroti kelemahan-kelemahan yang harus diatasi. Jika ingin menjadi solusi yang relevan dan efektif untuk tantangan keberlanjutan global, ekonomi sirkular perlu dirumuskan ulang dengan pendekatan yang lebih realistis dan kritis.
Dalam mengadopsi perspektif yang lebih luas, ekonomi sirkular memiliki potensi untuk menjadi alat yang lebih baik dalam mengatasi krisis lingkungan. Namun, untuk mencapai hal ini, diperlukan upaya kolektif untuk memperbaiki landasan teoretis, mengatasi hambatan praktis, dan mengintegrasikan dimensi sosial ke dalam kerangka kerja. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat membuka jalan menuju pembangunan ekonomi yang lebih adil, berkelanjutan, dan tangguh.
Referensi:
Corvellec, H., Stowell, A., & Johansson, N.. (2021). Critiques of the circular economy. Journal of Industrial Ecology, 26. https://doi.org/10.1111/jiec.13187

