Semakin tingginya jumlah penduduk dunia
Jumlah penduduk dunia hingga saat ini, yakni 19 oktober 2020 adalah 7,8 Miliar jiwa. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kecukupan pangan dunia yang kian semakin mengalami krisis. United Nations juga menyatakan bahwa ditahun 2030 populasi manusia akan menjadi kurang lebih 8,6 miliar jiwa dan pada tahun 2100 total populasi akan mencapai 11,2 miliar jiwa [1]. Kebutuhan pangan penduduk dunia di masa depan, diperlukan peningkatan hingga dua kali lipat dari total produksi pangan saat ini. Hal ini tentu menjadi tantangan yang sangat sulit dikarenakan semakin banyaknya lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi bangunan dan tempat non-pertanian lainnya.
Tingkat Kelaparan Manusia di Dunia
Selain hal itu, tingkat kelaparan manusia di dunia juga tidak dapat dipungkiri, dimana hampir 1 miliar jiwa mengalami food deprivation atau kekurangan makanan. Food agriculture organizations atau FAO menginformasikan bahwa food deprivation merupakan kondisi kurangnya kalori minimum dari konsumsi pangan bagi setiap individu agar mampu hidup secara produktif dan sehat. Kurangnya gizi pada makanan juga menjadi penyebab adanya masalah baru, yakni ketidakstabilan kondisi tubuh dalam menjalani aktivitas seperti layaknya orang dengan gizi terpenuhi.
Konsumsi Protein Hewani Menjadi Jawaban
Konsumsi hewani menjadi salah satu jawaban atas permasalahan kurangnya gizi bagi manusia. Bangsa-bangsa dan negara maju memiliki ciri khusus yakni pola konsumsi protein hewani yang tinggi. Sampai saat ini masyarakat masih banyak yang belum mengerti bahwa makna protein adalah yang utama, pertama, dan yang terpenting. Kekurangan konsumsi protein hewani dapat dipastikan akan menyebabkan masalah serius seperti yang disampaikan oleh Indeks Kelaparan Global yang biasa terjadi pada negara berkembang atau developing country [2]. Protein menjadi hal dasar untuk menghasilkan energi bagi manusia. Kekurangan protein dalam waktu yang cukup lama akan mengganggu berbagai proses yang ada di dalam tubuh dan akan menurunkan daya tahan tubuh, sehingga akan menyebabkan resiko terkena penyakit menjadi lebih tinggi. Hal ini adalah salah satu alasan mengapa masalah ini perlu dikaji dan ditangani secara serius. Salah satu cara untuk mengatasi adanya kurangnya protein dengan biaya yang sangat murah adalah memanfaatkan serangga sebagai konsumsi.
Kandungan Nutrisi Serangga
Kandungan nutrisi serangga juga tidak kalah dengan nutrisi pada daging sapi. Menurut latunde dkk [3], menyatakan bahwa untuk mengetahui seberapa layak serangga dibuat pangan dan dapat berkontribusi untuk asupan makanan, mereka manganalisa nutrisi dari beberapa serangga, diantaranya yaitu kutu frengki, kutu beras, jangkrik, dan belalang. Pengujian dilakukan pada isi mineral dan mengkalkulasikan total nutrisi dari masing-masing yang bisa diserap oleh manusia. Hasil menunjukan bahwa kadar zat besi (Fe), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca) pada jangkrik lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Selain itu, kandungan zat Magnesium (Mg), Mangan (Mn), dan Zink (Zn) tersedia lebih banyak pada belalang dan kutu beras dibandingkan pada daging sapi.
Tabel 1. Kandungan Protein Pada Serangga [4]
No | Jenis Serangga | Tingkat Pertumbuahan | Kandungan Protein (%) |
1 | Coleoptera : kumbang | Dewasa, Larva | 23 – 66 |
2 | Lepidoptera : ngengat, rayap | Kepompong, Larva | 14 – 68 |
3 | Hemiptera : kepik | Dewasa, Larva | 42 – 74 |
4 | Homoptera : wereng, kutu daun | Dewasa, Larva, Telur | 45 – 57 |
5 | Hymenoptera : tawon, lebah, semut | Dewasa, Kepompong, Larva, Telur | 13 – 77 |
Manfaat konsumsi serangga
Mengkonsumsi serangga, atau nama unik yang dikenal dengan istilah entomophagy bukanlah hal yang baru bagi dunia, termasuk di negara Indonesia. Ada beberapa makanan di Indonesia yang bahan dasarnya dari serangga, seperti yang banyak dikonsumsi oleh orang papua adalah sate ulat sagu, jangkrik goreng dari Ciamis, dari Jawa Timur ada larva tawon, kepompong jati goreng, dan rempeyek laron.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat konsumsi serangga sebagai makanan atau entomophagy yang pinya potensi gizi, ekonomi, dan cara budidaya yang mudah. Hmm ternayta makan serangga itu sehat pake banget loh 🙂
DAFTAR PUSTAKA
[1] Worldometers. 2020. Current World Population. https://www.worldometers.info/world-population/
[3] Latunde-Data, Wenge Young and Mayra Vera Aviles, (2016), In Vitro Iron Ability From Insects and Sirloin Beef, Journal of Agriculture and Food Chemistry, 64, 44, 8420-8424.