Riwayat Hidup Lengkap dari Ibnu Bathuthah, Sang Penjelajah Muslim

Halo Sahabat Warstek, kali ini kita akan mencoba berkenalan dengan Sang penjelajah Muslim terbesar pada abad pertengahan, Sang penjelajah dunia "Ibnu Bathuthah". Ibnu Bathuthah merupakan seorang penjelajah sekaligus seorang Cendekiawan, nama Ibnu Bathuthah sangat terkenal di kalangan Cendekiawan Muslim maupun Cendekiawan Barat. Catatan penjelajahannya tak kalah menarik dengan catatan penjelajahan para penjelajah dunia lainnya seperti Marco Polo, Christopher Columbus, Vasco Da Gama, Ferdinand Magellan, Laksamana Cheng Ho, Amerigo Vespucci, Hernán Cortés, James Cook, dan Erik the Red. Berikut sedikit ringkasan kisah penjelajahan Ibnu Bathuthah, cekidot !

blank

Halo Sahabat Warstek, kali ini kita akan mencoba berkenalan dengan Sang penjelajah Muslim terbesar pada abad pertengahan, Sang penjelajah dunia “Ibnu Bathuthah”. Ibnu Bathuthah merupakan seorang penjelajah sekaligus seorang Cendekiawan, nama Ibnu Bathuthah sangat terkenal di kalangan Cendekiawan Muslim maupun Cendekiawan Barat. Catatan penjelajahannya tak kalah menarik dengan catatan penjelajahan para penjelajah dunia lainnya seperti Marco Polo, Christopher Columbus, Vasco Da Gama, Ferdinand Magellan, Laksamana Cheng Ho, Amerigo Vespucci, Hernán Cortés, James Cook, dan Erik the Red. Berikut sedikit ringkasan kisah penjelajahan Ibnu Bathuthah, cekidot !

Asli Maroko

Nama asIi Ibnu Bathuthah adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At-Thanji. Lahir di Kota Thanjah (Tangier), Maroko pada hari Senin, tanggal 17 Rajab 703 H/1304 M, terlahir dari keluarga sarjana hukum Islam (qadi), ia juga menerima pendidikan hukum Islam dan sastra tradisional di kota kelahirannya.

Ibnu Bathuthah memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya pada tahun 1325 M, berkeliling di negeri-negeri seperti Mesir, Syam, Hijaz, Irak, Persia, Yaman, Bahrain, Turkistan, Maa Waraa’ nahr (Transoxania), sebagian wilayah India, China, Sumatra (Indonesia), Tartar, dan Afrika Tengah, tercatat ia telah mengunjungi sebanyak 40 negara dan melintasi 3 benua. Ibnu Bathuthah mengunjungi China enam puluh tahun setelah Marco Polo, melakukan perjalanan sejauh 75.000 mil (120.000 km), jauh lebih jauh dari Marco Polo. Dalam perjalanannya, ia menghadapi banyak bahaya, mengalami berbagai petualangan, ia diserang oleh perampok, hampir tenggelam di kapal yang karam, dan nyaris dipenggal oleh penguasa zalim.

Tapak Awal Penjelajahan

Awalnya, Ibnu Bathuthah melakukan perjalanan dengan niat untuk melakukan ibadah haji dan berziarah ke makam baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta memperluas pendidikannya dengan belajar dari para ulama terkenal di Mesir, Suriah, dan Hijaz (Arab Barat). Perjalanan awal itu dilakukannya sendirian tanpa ditemani teman, ia meninggalkan kedua orang tuanya dengan berat hati. Dalam buku Rihlah Ibnu Bathuthah Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan diceritakan bahwa ia melakukan perjalanan awalnya di usia 22 tahun. Kala itu, era kekuasaan Amirul Mukminin, Nashiruddin, sang mujahid, yang dermawan.

Tiba di Kota Bijayah

Ketika tiba di kota Bijayah, untuk pertama kalinya Ibnu Bathuthah menyaksikan tindakan zalim dari penguasa. Pemimpin kota Bijayah saat itu bernama Abu Abdullah Muhammad bin Sayyid An-Nas Al-Hajib, pemimpin itu merampas uang warisan dari pedagang Tunisia yang meninggal dunia. Di kota itu juga, Ibnu Bathuthah menyaksikan ketulusan hati seorang teman karena Allah dalam perjalanan ke Hijaz.

Pernikahan

Ibnu Bathuthah menikah dengan putri seorang pejabat Tunisia di Safaqus (Tripoli), namun kemudian bercerai karena pertikaiannya dengan sang mertua. Lalu Ibnu Bathuthah menikah lagi dengan putri Fes. Tercatat Ibnu Bathuthah menikah sebanyak 7 kali dan memiliki banyak anak dalam perjalanannya.

Tafsir Mimpi

Di Alexandria, Ibnu bathuthah tinggal bersama Syaikh Abu Abdullah Al-Mursyidi. Saat tidur, ia bermimpi melihat dirinya seakan berada di atas sayap burung besar, burung besar itu membawa dirinya terbang ke lorong kiblat (Mekah), terbang ke arah kanan, lalu ke Timur, lalu terbang ke arah Selatan, lalu terbang tinggi ke arah Timur. Burung besar itu turun di bumi gelap yang hijau, Ibnu Bathuthah ditinggalkan di sana. Syaikh Abu Abdullah Al-Mursyidi menafsirkan mimpi itu sebagai tanda bahwa Ibnu Bathuthah akan berhasil mencapai Mekah, tetapi perjalanannya akan membawanya lebih jauh lagi.

Hal itulah yang menjadi salah satu pertimbangan Ibnu Bathuthah, untuk tak langsung pulang ke kampung halamannya setelah melakukan ibadah haji dan berziarah. Ia memutuskan untuk kembali melakukan perjalanan, mengunjungi sebanyak mungkin bagian dunia, dengan aturan “tidak pernah menempuh jalan yang sama dua kali.” Pada zaman itu, orang-orang melakukan perjalanan untuk alasan praktis, seperti: perdagangan, ziarah, dan pendidikan. Namun, Ibnu Bathuthah melakukannya demi kepuasan dirinya, demi kesenangannya dalam mempelajari negara-negara baru, orang-orang baru, dan budaya-budaya baru.

Perjalanannya di Palestina

Di Palestina, Ibnu Bathuthah mengunjungi Betlehem, tempat kelahiran Nabi Isa Alaihis Salam. Situsnya ditutupi oleh sebuah bangunan besar, orang-orang Kristen menghormatinya dengan sangat intens dan menyambut semua yang singgah di sana dengan ramah. Ketika tiba di Jerusalem (Baitul Maqdis), Ibnu Bathuthah sangat mengagumi Masjid Al-Aqsha, ia menulis, “Masjid suci ini adalah bangunan yang sangat indah dan dikatakan sebagai masjid terbesar di dunia.”

Tiba di Mekah

Ibnu Bathuthah tiba di Mekah pada Oktober 1326 M, ia menceritakan pengalamannya di Ka’bah saat ribuan jama’ah berputar mengelilingi pusat dunia. Setelah menyelesaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia melintasi Gurun Arab ke Irak, Iran selatan, Azerbaijan, dan Baghdad. Di sana ia bertemu dengan khan terakhir Mongol di Iran, Abu Sa’id (memerintah 1316–36), dan beberapa penguasa kecil. Ibnu Bathuthah menghabiskan tahun-tahun antara 1327 dan 1330 di Mekah dan Madinah menjalani kehidupan tenang sebagai seorang pencinta agama.

blank

Gambar: Ibnu Bathuthah di Mesir, dilukis oleh Hippolyte Leon

Sumber Bekal Perjalanan Ibnu Bathuthah

Dalam penjelajahannya mengelilingi dunia, tentunya Ibnu Bathuthah memerlukan banyak bekal. Dengan keilmuan dan ketenarannya sebagai seorang penjelajah, ia mendapatkan banyak hadiah dan bekal dari para Sultan, penguasa, gubernur, dan juga pejabat tinggi di negara-negara yang ia kunjungi, sehingga membuatnya tidak kehabisan bekal selama melakukan penjelajahan.

Mengunjungi Turkey

Ibnu Bathuthah menjelajahi “tanah orang Turkey” ke berbagai arah, saat itu Anatolia terbagi menjadi banyak kesultanan kecil. Ia diterima dengan ramah dan murah hati oleh semua penguasa lokal dan pemimpin Muslim. Catatan perjalanannya menjadi sumber berharga bagi sejarah negara Turkey, antara akhir kekuasaan Seljuk dan munculnya dinasti Ottoman. Diduga dari catatan saksi mata, Ibnu Bathuthah juga pernah berkunjung ke Konstantinopel (sekarang Istanbul) dalam rombongan istri khan, seorang putri Bizantium. Deskripsi Ibnu Bathuthah tentang ibu kota Bizantium sangat hidup dan secara umum akurat. Catatannya tentang “Roma kedua” menunjukkan ia sebagai orang yang cukup toleran dengan rasa ingin tahu yang besar. Meskipun demikian, dia selalu merasa lebih bahagia di wilayah Islam daripada di negeri non-Muslim, baik yang Kristen, Hindu, maupun penyembah berhala.

Perjalanannya ke India

Setelah dari Konstantinopel (Istanbul, Turkey), Ibnu Bathuthah meneruskan perjalanannya ke arah India. Dari Saray, ia bepergian dengan kafilah ke Asia Tengah, mengunjungi kota-kota kuno Bukhara, Samarkand, dan Balkh, yang semuanya masih menunjukkan bekas invasi Mongol. Ia mengambil rute yang agak rumit melalui Khorasan dan Afghanistan, dan setelah melintasi pegunungan Hindu Kush, ia tiba di perbatasan India di Sungai Indus pada 12 September 1333 M, menurut catatannya sendiri. Dan keakuratan tanggal tersebut dipertanyakan, karena tidak mungkin menempuh jarak yang begitu jauh (dari Mekah) hanya dalam waktu satu tahun. Karena ketidaksesuaian tersebut, penanggalan selanjutnya hingga tahun 1348 sangat tidak pasti.

Pada saat di India, Ibnu Bathuthah telah menjadi sosok yang dihormati dan terkenal, dengan banyak pengikut serta memiliki harem yang terdiri dari istri sah dan selir. Di India, Muḥammad ibn Tughluq dan pemerintahannya memenuhi harapan Ibnu Bathuthah akan kemakmuran dan kemurahan hati. Ibnu Bathuthah diterima dengan penghormatan dan hadiah, dan kemudian diangkat sebagai qadi (hakim) agung Delhi, sebuah posisi yang memberinya penghasilan tetap selama beberapa tahun.

Di Maladewa

Ibnu Bathuthah menghabiskan hampir dua tahun di Maladewa, di mana ia aktif dalam politik sebagai seorang qadi (hakim), menikah dengan anggota keluarga penguasa, dan tampaknya memiliki keinginan untuk menjadi sultan.

Perjalanan ke Sumatra (Indonesia)

Ibnu Bathuthah melakukan perjalanan ke Kesultanan Samudra Pasai (sekarang Aceh, Sumatra Utara) sekitar tahun 1345 M. Dalam catatan perjalanannya, penguasa Samudra Pasai adalah seorang Muslim yang saleh bernama Sultan Al-Malik Al-Zahir Jamal-ad-Din, yang menjalankan tugas-tugas keagamaannya dengan semangat tinggi dan sering melancarkan serangan terhadap para penganut kepercayaan animisme di wilayahnya. Menurut Ibnu Bathuthah, pulau Sumatra kaya akan kapur barus, pinang, cengkeh, dan timah.

Berikut rute penjelajahan Ibnu Bathuthah,

  1. Tangier (Maroko) ke Mekah (1325)
    • Memulai perjalanan dengan tujuan menunaikan ibadah haji.
    • Rute: Tangier – Tunis – Tripoli – Alexandria – Kairo – Gaza – Jerusalem – Hebron – Damaskus – Madinah – Mekah.
  2. Mekah ke Irak, Persia, dan Azerbaijan (1326)
    • Setelah menunaikan ibadah haji, melakukan perjalanan lebih lanjut.
    • Rute: Mekah – Najaf – Basra – Isfahan – Shiraz – Baghdad – Tabriz – Mosul.
  3. Mekah ke Afrika Timur (1328-1330)
    • Berlayar dari Jeddah ke pesisir timur Afrika.
    • Rute: Jeddah – Suakin – Zeila – Mogadishu – Mombasa – Kilwa.
  4. Mekah ke India dan Maladewa (1332-1341)
    • Menuju India melalui Oman, Hormuz, dan Teluk Persia.
    • Rute: Mekah – Aden – Oman – Hormuz – Sind – Delhi.
    • Di India, ia diangkat menjadi qadi (hakim) oleh Sultan Muhammad bin Tughluq.
    • Perjalanan ke Maladewa.
  5. India ke China (1342-1346)
    • Menjadi utusan Sultan Muhammad bin Tughluq ke Kaisar China.
    • Rute: Delhi – Calicut – Sumatra – Quanzhou – Beijing.
  6. China ke Maroko (1346-1349)
    • Perjalanan pulang ke Maroko melalui berbagai negara.
    • Rute: Quanzhou – Sumatra – Malabar – Hormuz – Baghdad – Suriah – Mesir – Tunis – Fès.
  7. Maroko ke Granada (1350-1352)
    • Mengunjungi kerajaan Granada di Spanyol Moor.
  8. Maroko ke Sudan Barat (1353-1354)
    • Melintasi Sahara ke Afrika Barat atas perintah Sultan.
    • Rute: Maroko – Timbuktu – Gao – Mali (di bawah kekuasaan Mansa Sulaymān).
blank

Gambar: Peta penjelajahan Ibnu Bathuthah 1325-1354 M

Kembali ke Maroko

Ibnu Bathuthah kembali ke Maroko sekitar akhir tahun 1348 M, ia menjumpai bahwa kedua orang tuanya baru saja meninggal karena wabah, dan teman-temannya sudah banyak yang pergi atau meninggal. Ia memulai perjalanannya kembali, ia menuju Spanyol dan kemudian menuju Timbuku, lalu ke pusat perdagangan Gao, sebelum akhirnya ia kembali lagi ke Maroko sekitar tahun 1352 M. Setelah kembali ke Maroko, Ibnu Bathuthah mendiktekan catatan perjalanannya kepada penulis Ibnu Juzayy dan akhirnya menetap di Tangier, di mana Ibnu Bathuthah dipercaya menjabat sebagai qadi (hakim) sampai kematiannya. Catatan perjalanan Ibnu Bathuthah menjadi kontribusi bagi sejarah, geografi, dan pemahaman budaya.

Referensi:

  1. Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah. 2012. Rihlah Ibnu Bathuthah Memoar Perjalanan Keliling Dunia di Abad Pertengahan. Terjemahan oleh Muhammad Muchson, MA & Khalifurrahman Fath, Lc. Pustaka Al-Kautsar.
  2. Britannica. Time in India and later journeys of Ibn Battuta (https://www.britannica.com/biography/Ibn-Battuta). Diakses 24 Juni 2024.
  3. Berkeley Orias. The Travels of Ibn Battuta (https://orias.berkeley.edu/resources-teachers/travels-ibn-battuta). Diakses 16 Juli 2024.worldhistory
  4. Worldhistory Encyclopedia. Ibn Battuta (https://www.worldhistory.org/Ibn_Battuta/). Diakses 16 Juli 2024.
  5. Wikipedia The Free Encyclopedia. Ibn Battuta (https://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Battuta). Diakses 04 Agustus 2024.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *